antara kuitansi dan gamis

Pada setiap perjalanan bisnis perusahaan, biasanya kita dapat mengklaim semua pengeluaran sesuai dengan peraturan apabila dapat menunjukkan bukti-bukti pengeluaran tersebut. Pembayaran fiskal, transportasi, hotel, dan makan, asalkan dapat menyerahkan bukti-buktinya perusahaan akan menggantinya. Atau jika diberi panjar perjalanan, maka akan diperhitungkan pada saat pertanggungjawaban panjar. Bagaimana kalau kuitansinya hilang? Apa yang dapat kita lakukan?


Perusahaan dapat saja mengambil kebijakan supaya kita membuat pernyataan yang ditandatangani di atas meterai bahwa kuitansinya hilang, sehingga perusahaan dapat mengeluarkan sejumlah uang sesuai dengan pernyataan tersebut. Atau kita membuat kuitansi yang tidak sebenarnya (atau palsu) supaya dapat mengklaim pengeluaran tersebut. Naasnya, kedua hal ini menjadi celah bagi niat buruk untuk dimanfaatkan: KORUPSI.

Dalam penelusuran Alquran, menghadirkan kuitansi palsu barangkali adalah bagian dari bersaksi palsu yang tentu saja sangat berat hukumannya, beberapa ayat bertebaran mengenai persaksian palsu. Tetapi saya menemukan suatu ayat yang konteksnya bisa saja cocok dengan pembahasan ini. Yaitu QS Yusuf, 12:18 bercerita tentang anak-anak Nabi Yakub yang membawa gamis berlumuran darah palsu sebagai bukti bahwa Yusuf dimakan serigala. Anak-anak nabi Yakub menganggap baik perbuatan buruk itu, sedangkan nabi Yakub memilih bersabar, padahal dia berhak menuntut hukum atas perbuatan anak-anaknya terhadap Yusuf.

Barangkali kita menganggap baik perbuatan memalsukan kuitansi, tetapi hal itu analog dengan gamis yang berlumuran darah palsu. Sehingga disinilah dibutuhkan kejujuran kita. Apabila membuat pernyataan, haruslah pernyataan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi dunia dan juga secara akhirat. Besarnya biaya yang diklaim haruslah sama dengan biaya yang kita keluarkan.

Jika memang tidak ada yang kita keluarkan, namun karena menganggap berhak atas biaya tersebut, maka mulailah mengingat kisah gamis berlumuran darah palsu. Memilih bersabar dari mengambil hak itulah yang dipilih oleh nabi Yakub, maka memilih bersabar dengan tidak mengklaim adalah lebih baik bagi kita.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu membimbing kepada kebaikan dan kebaikan itu membimbing ke surga. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berusaha untuk jujur sampai (tertulis disisi Allah) sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menyeret kepada kejahatan dan kejahatan itu menyeret ke neraka. Dan sesungguhnya ada seseorang yang terus berdusta sampai tertulis disisi Allah sebagai pendusta.”

One Response to antara kuitansi dan gamis

  1. Sep berkata:

    astaghfirullah hal adhim…
    masihkah kita menyepelekan sesuatu yang “kecil” dan tidak menjadikan kita merenunginya…. (merenung dengan minum secangkir teh…eh teh ini dari mana yah, punya kantor ??? tapi ini udah bukan jam kantor, gimana neh??
    syukron, salam

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: