seorang bapak tua, selalu duduk di selasar menuju terminal busway ragunan, setiap pagi kulewati dirinya yang dikelilingi beberapa barang bekas pakai seperti pakaian dan sepatu-sepatu. setiap hari berbeda barang yang dipajangnya. menggelitik hatiku untuk menyapa dan sekedar bertanya siapakah yang akan membeli jajaannya yang sudah usang? namun waktu memaksaku untuk melanjutkan langkah ke penjualan tiket bus, mengingat sudah kesiangan untuk berangkat ke kantor. pagi itu aku datang lebih pagi, kuhampiri si bapak tua yang sedang duduk menjaga sepatu-sepatu usang. tak jauh dari duduknya, penjaja nasi kotak menawarkan sarapan kepada setiap yang lewat…
membuka percakapan, si bapak tua bercerita tentang dari mana ia mendapatkan sepatu dan pakaian usang… baginya sama sekali tidak usang… karena masih dapat menghasilkan beberapa rupiah untuk menyambung hidupnya.barang-barang itu hibah dari orang yang mengasihaninya, bahkan mungkin diborong karena rasa kasihan juga, namun ia tidak mengeluhkan rasa kasihan karena ia menyadari benar dan malah mensyukurinya karena Tuhan masih menyayanginya melalui rasa kasihan orang lain.
tinggal di daerah kebagusan, bersama istrinya yang juga sudah tua dan sakit-sakitan, cucunya yang tujuh orang tinggal bersama orangtua mereka di luar kota… sedang dirinya menderita trachoma yang membuat daya penglihatannya jauh berkurang… kadang-kadang ia tidak makan karena tidak ada sesuatu yang dapat dimakan… namun ia bermodal doa yang tulus dari setiap pemberian. ia memang bukan pengemis tak bermodal, ia memiliki sepatu dan pakaian usang untuk dijual, walau baginya belum usang, karena masih dapat menghasilkan beberapa rupiah untuk menyambung hidupnya.
namun ia tetap membuka diri kepada sekotak nasi yang diberikan si penjaja sarapan secara cuma-cuma, kepada beberapa rupiah yang dijatuhkan oleh orang lewat, beberapa rupiah dari orang yang memborong sepatu dan pakaian usangnya, kepada seorang pemuda yang mau mendengar cerita dari bibir keriput seorang pensiunan cleaning service RRI berusia 85 tahun… dan lisannya terus merapal doa atas kebaikan hati mereka walaupun mungkin mereka tidak terlalu memedulikannya…
Ah, btw, salam kenal 🙂
Anak-anaknya kemanakah?
Maksudnya, ga ada yang ngurus beliau, sedangkan beliau sakit-sakitan begitu..
entahlah kemana mereka… sejak itu saya tak jumpa lagi dengan si bapak. salam kenal juga