Demi bergaya, seseorang membeli Honda CBR yang baru turun dari kapal, kemudian bergabung dengan klub, melakukan turing, membuat setiap mata yang dilaluinya memandang takjub dan terpana. Perawatan motor itu hanya pada bengkel tertentu saja, mungkin hanya ada beberapa di negeri ini. Suatu saat ia terjatuh sehingga patah spionnya, harus indent untuk mendapat penggantinya. Ketika harus mengganti suku cadang karena sudah waktunya pun harus indent, menunggu kiriman dari kapal karena tidak terdapat di toko suku cadang biasa. Tibalah waktunya si pemiliki motor sport bergaya itu melepas masa lajangnya, ia sadar dirinya tidak berharta lebih, dilego pula CBR kesayangannya pada angka 25 juta.
Pada suatu seminar, penyaji bertanya kepada audiens yang gemilang tentang sebuah pena Mont Blanc yang digunakan oleh seorang tukang kredit untuk mencatat transaksinya. Bagaimana pula dengan sebuah pulpen Standard yang digunakan oleh seorang pejabat pada saat penandatanganan nota kontrak, sedangkan disaksikan oleh khalayak dan disiarkan pula di televisi. Beberapa peserta seminar mengatakan ada hal yang salah, selebihnya mengatakan biasa saja. What went wrong? Menurut pendapat pertama, mubazir pena Mont Blanc digunakan untuk mencatat transaksi tukang kredit, dan tidak sepantasnya seorang pejabat menandatangani nota yang disaksikan orang banyak hanya dengan pulpen Standard. Sedangkan menurut pendapat kedua, apapun mereknya yang penting berfungsi dengan baik untuk menulis, bukan?
Contoh berikutnya tentang pesta pernikahan, bagi beberapa orang menjadi suatu hal yang bergengsi jika dapat menyelenggarakan pesta yang mewah, ditambah lagi dengan menampilkan adat budaya lokal secara komplit berikut dengan segala kelengkapannya (waduh …). Sehingga untuk itu mereka rela mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta bahkan milyaran rupiah, mulai untuk penata riasnya, pakaian pengantinnya, kertas undangannya, ruangan pestanya, catering-nya dan seterusnya. Tak jarang budaya ini menular ke kalangan biasa-biasa saja sehingga memaksakan diri berhutang untuk dapat melaksanakan sesuai adat. Selepas pesta, sibuklah menghitung amplop, jika tidak terbayar maka sibuklah mencari jalan untuk membayar hutang-hutang.
Saya kira cukup ketiga contoh itu untuk membahas makna fungsi dan kepraktisan. Seringkali kita terjebak kepada penampilan tetapi melupakan kegunaan, kepraktisan, efektifitas dan efisiensi. Sesuatu dikatakan berfungsi atau berguna apabila dapat digunakan sesuai peruntukannya, efektif apabila benar-benar dapat digunakan. Sesuatu dikatakan praktis apabila mudah digunakan, tidak merepotkan, efisien dalam penggunaannya.
Pada contoh pertama, pemilik motor mencapai tujuan fungsional untuk digunakan sebagai kendaraan plus bergaya dengan motor sport-nya. Namun tidak praktis karena mengalami kesulitan dalam mendapatkan perawatan dan suku cadang. Dan sayangnya ia harus menjual motornya untuk menutupi kekurangan biaya pesta pernikahannya.
Pada contoh kedua, menurut saya bukan contoh yang bagus. Sejujurnya saya sependapat dengan opini kedua bahwa pulpen selama bisa digunakan untuk menulis maka tidak ada yang salah dengannya. Memang dirasa mubazir seorang tukang kredit menggunakan Mont Blanc, ini serupa dengan kisah pemilik Honda CBR pada contoh pertama. Adapun pejabat yang menggunakan pulpen Standard untuk tanda tangan juga bukan hal yang salah selama pulpen yang digunakan berfungsi dengan baik.
Sedangkan contoh ketiga, inti dari sebuah pernikahan adalah perjanjian nikah dan keberkahan dalam pernikahan. Menurut Islam, nikahnya seorang laki-laki dan perempuan dinyatakan sah jika memenuhi syarat dan rukun nikah. Syarat dan rukun itu membatasi tentang kriteria kebolehan syariat, perwalian, ijab dan qabul, dan persaksian. Sedangkan acara yang digelar setelahnya tidak diatur secara rinci, namun begitu diatur secara umum dalam adab-adab muamalat seperti perihal mubazir (baik dalam pesta, penampilan dan perjamuan), ikhtilat (bercampurnya tamu perempuan dan laki-laki), dan tidak mengandung budaya syirik (mempersekutukan Allah dengan melakukan pengharapan kepada selain Allah). Oleh karenanya, pernikahan yang sederhana dan tidak memakan biaya yang besar, barangkali jauh lebih fungsional dan praktis. Tidak membuat sang pengantin pusing tujuh keliling karena harus membayar hutang setelah menikah.
Tidak peduli apa yang kita miliki, selama hal itu praktis dan berfungsi dengan baik, tentu lebih disukai daripada yang terlihat mubazir. Apalagi jika kita tetap bersikap sederhana dikala kita sebenarnya mampu untuk berpenampilan lebih. Tentu akan lebih menyenangkan dengan tidak membuat kesenjangan. Oleh karenanya, fungsional dan praktis menjadi filter pertama sebelum menentukan se-“wah” apa kita bisa menampilkan diri.
Good post. I’d been verifying continually this particular blog page and I am prompted! Extremely helpful details particularly the remaining portion 🙂 I handle similarly info considerably. I was in search of this kind of particular information to get a quite a while. Appreciate it and regarding chance.