membiasakan diri

Dilatarbelakangi cerita tentang anak saudara saya yang mewajibkan dirinya berlatih alat musik dengan target 10 menit setiap hari. Suatu hari trumpet miliknya yang berada di dalam bagasi mobil ayahnya terbawa hingga malam hari. Si ayah baru pulang setelah beberapa kali ditelpon. Maklumlah saat itu si ayah sedang mengantar tamu (: saya sendiri :). Sesampainya di rumah diraihnya trumpet itu dan dibawanya berlatih selama 10 menit.

Ketika saya menanyakan hal ini, dijawab oleh si ayah bahwa sekolah mengajarkan para siswa untuk disiplin dan konsisten dengan pilihannya. Si anak telah memilih trumpet sebagai alat musiknya, sehingga ia harus berlatih sesuai target harian. Jika tidak, ia akan merasa malu karena tidak memenuhi target.

Wow! Sekolahnya telah mengajarkan disiplin begitu rupa, sampai-sampai siswa merasa malu jika tidak konsisten menjalankan pilihannya sendiri.

Saya teringat dengan kisah seorang sahabat Rasulullah yang telah memilih untuk berpuasa sunnah daud sepanjang hidupnya. Ketika beliau sudah tua sebenarnya mendapat keringanan atas ibadah sunnah tersebut, walau terasa berat namun tetap dilakukan dengan alasan malu karena beliau telah berjanji kepada Rasulullah ketika masih hidup untuk berpuasa sunnah daud sepanjang hidupnya. Sedangkan di masa tua si sahabat, Rasulullah telah lama wafat.

Selari dengan tulisan sebelumnya, tulisan ini mengajak untuk membiasakan diri konsisten dengan pilihan kita selama pilihan itu adalah hal yang baik dan benar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: