Setelah mengenal api dan metode memadamkannya, kita perlu memahami bagaimana api menyebar sehingga dapat meminimalisasi dampak kebakaran. Bila dibandingkan dengan pemadaman yang dilakukan pada beberapa kejadian kebakaran justru memperparah kerusakan dan berdampak luas. Apakah petugas pemadamnya yang salah atau pemahaman masyarakat yang terkena musibah kebakaran yang perlu diperbaiki?
Api menyebar dengan 3 cara: radiasi, konveksi, dan konduksi.
Radiasi adalah penyebaran dengan cara perpindahan panas ke sekelilingnya melalui media udara. Sebagai contoh, jika kita letakkan tangan kita di samping tungku yang menyala akan terasa hangat, itulah radiasi. Konveksi adalah penyebaran api dengan dibantu aliran udara ke atas. Sebagai contoh konveksi adalah panas kita rasakan jika tangan diletakkan di atas lilin yang menyala. Konduksi adalah penyebaran api melalui penghantar panas, baik dihantar vertikal maupun horizontal. Contoh konduksi adalah jika sebatang besi kita panaskan di salah satu ujungnya maka kita dapat merasakan panas di ujung yang lain.
Air adalah metode terbaik untuk mencegah penyebaran api secara radiasi, karena efeknya yang mendinginkan. Namun cara yang tepat dalam menggunakan air adalah dengan menyiram pada sekeliling api, bukan pada sumber kebakarannya. Sedangkan pemadaman api dilakukan dengan menyemprot pemadam berbahan foam yang berfungsi menutupi (smothering). Jika tidak terdapat pemadam berbahan foam, maka mendinginkan sekeliling kebakaran dengan air tetap diteruskan hingga api padam dengan sendirinya. Menyiram ke pusat api dapat menyebabkan efek pukulan sehingga memercik ke sekitarnya. Dengan demikian api berpindah tempat kemudian mulai membakar tempat barunya.
Hal ini sering tidak dipahami korban kebakaran, karena jika hanya terdapat air dan tidak terdapat pemadam berbahan foam, yang dilakukan oleh petugas pemadam hanyalah mendinginkan untuk mencegah penyebaran dan perpindahan api. Pemilik properti akan mengira propertinya dibiarkan terbakar hingga hangus. Apabila ia tidak menjaminkan pada asuransi maka habislah seluruh harta modalnya, dan petugas pun dituduh bekerja secara tidak profesional.
Petugas pemadam memiliki semboyan “Pantang Pulang Sebelum Padam”, mereka mempertaruhkan jiwa mereka untuk memadamkan kebakaran. Namun jika menghadapi korban yang protes karena hal di atas, akhirnya yang dilakukan oleh mereka adalah menghantam pusat api dengan air. Otomatis hantaman air itu akan menggeser api ke tempat lain. Sangat mungkin membakar hingga lebih dari 20 properti di sekitar sumber kebakaran. Maka ungkapan “daripada habis satu properti lebih baik habis seluruh tetangga” menjadi hal yang lumrah dan terkesan menjadi sebuah solidaritas korban kebakaran.