“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]
Memperingati hari lahir RA Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April, begitu banyak acara digelar untuk menggugah semangat perempuan. Bahkan anak-anak sekolah pun digugah kesadarannya untuk menjiwai semangat pahlawan perempuan Indonesia itu dengan mengenakan pakaian nasional, karnaval ataupun berkumpul dalam upacara peringatan. Semua itu dilaksanakan entah dengan kesadaran atau tidak bahwa sistem pendidikan saat ini belum mampu membentuk generasi penerus yang jauh lebih baik daripada generasi sebelumnya. Yang ada malah membangun semangat konsumerisme, permisivisme, dan kemerosotan akidah dan akhlak. Jauh sekali dari cita-cita Kartini sebagaimana dipetik di atas.