Berkenalan dengan orang baru adalah hal biasa di London, namun masih saja mengenal kewilayahan asal. Biasanya orang eropa lebih sering berkenalan dengan orang eropa, begitupun orang afrika, timur tengah, bahkan asia timur. Barangkali penyebabnya adalah kemiripan budaya dan keserupaan pola pikir. Entahlah, mungkin perlu studi sosiologi lebih lanjut untuk mengetahuinya.
Kenalan baru saya adalah seorang pria senior, keturunan Cina, berkebangsaan Malaysia, sedikit berbahasa Melayu namun lancar berbahasa Inggris, mantan perancang grafis, sedang berlibur di London, dan seorang yang soliter. Saya tidak mendapat info yang cukup mengenai keluarganya. Kami habiskan waktu bersama dari Stasiun Liverpool Street, berkeliling Tower Bridge, mengambil beberapa gambar, naik-turun dan mengejar bus, menyeruput capuccino di Starbucks setelah putus asa mencari Cafe Nero, berjalan dalam gerimis, menikmati gedung teater kerajaan yang unik karena liftnya dapat bernyanyi, menonton badut di Covent Garden, akhirnya kami pun berpisah di stasiun Leicester Square. Dengan pengetahuan yang cukup banyak tentang London karena begitu seringnya ke sana, ia menjadi pemandu wisata saya selama beberapa jam itu.