bukan SARA jika tidak bicara islam

Sebagai muslim saya meyakini bahwa Islam telah menyediakan seperangkat komplit panduan kehidupan manusia supaya dapat menjalani tujuan penciptaannya di bumi dengan baik dan benar. Karena Allah telah menyempurnakan agama-Nya dan tidak tersisa sedikit pun kasus kehidupan kecuali telah disampaikan oleh utusan-Nya kepada manusia. Hikmah-hikmah yang diperoleh dari menjalani Islam akan diperoleh dengan sendirinya tanpa pemeluknya repot mencari-cari tahu dengan sistem trial dan error. Namun tidak disangsikan bahwa sejak awal dakwah ini diusung oleh utusn Allah, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasalam, banyak yang merasa gerah dan berupaya menghalang-halangi cahayanya untuk menyinari seluruh permukaan bumi.

Di antara mereka membangkitkan sentimen persatuan kemanusiaan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar golongan. Padahal Islam justru memberi nilai lebih karena mengabaikan kesukuan, ras, dan antar golongan, dengan mengikat persaudaraan di atas keimanan kepada Allah dan satu agama yaitu Islam. Di antara mereka juga membangkitkan gaya hidup primitif dan alamiah dan menghidupkan kearifan lokal ataupun kebijaksanaan-kebijaksanaan yag dibuat oleh tokoh-tokoh spiritualis yang berafiliasi kepada agama-agama pagan, padahal Islam justru memberi nilai lebih karena menghidupkan gaya hidup yang holistik dan lebih selamat serta mengusung nilai-nilai yang diturunkan langsung oleh Sang Pencipta satu-satunya yang berhak diibadahi.

Sebagai contoh ketika zikir kepada Allah ditawarkan untuk menggantikan konsep inner peace yang datang dari buddhisme atau yoga yang datang dari hinduisme atau hypnotherapy yang datang dari kekristenan, maka zikir dianggap SARA. Ketika hukum-hukum doa dan praktik-praktik kesehatan nabawi ditawarkan sebagai pengganti konsep obat-obatan moderen yang datang dari barat atau konsep herba yang diramu dengan mantra dan tantra yang datang dari timur, maka doa dan obat dianggap SARA. Ketika tema keislaman diangkat pada setiap kali menjawab permasalahan hidup manusia, maka itu dianggap menyinggung isu SARA. Dengan demikian maunya para penghalang itu: mengambil kearifan lokal dari golongan, suku maupun konsep agama-agama lainnya, bukanlah SARA asalkan tidak dari Islam.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: