“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia mengambil bagian yang banyak.” [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi]
Masalah warisan bisa jadi berabe, apalagi kalau yang diwariskan adalah harta kekayaan, bisa-bisa saudara sedarah berkelahi sampai berbunuh-bunuhan. Padahal harta dan kekayaan yang sifatnya materi hanya habis pakai selama hidup dan tidak dibawa mati. Kalaupun ada sebagian orang yang dikubur bersamaan dengan harta kekayaannya maka harta itu tidak bermanfaat sama sekali bagi dirinya, apalagi bagi ahli waris yang ditinggalkannya. Bisa-bisa menimbulkan kebiasaan baru: maling kuburan. 🙂
Di akhir zaman seperti sekarang ini, di mana terlalu banyak fitnah kehidupan, manusia lebih membutuhkan ilmu yang mampu menjaganya. Ilmu yang dimaksud bukanlah ilmu kanuragan atau ilmu duniawi, melainkan ilmu yang mencakup kehidupan secara holistik: ilmu syar’i. Yaitu ilmu tentang Kitab Allah dan Petunjuk Nabi-Nya. Inilah ilmu yang mendapat sanjungan, pujian dan berbagai keutamaan lainnya.
Para nabi adalah orang-orang terbaik yang dipilih langsung oleh Allah, Tuhan pencipta alam semesta, untuk memberi bimbingan kepada manusia dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan zamannya. Mereka mewariskan ilmu yang bermanfaat bagi manusia tidak hanya untuk hidup di dunia melainkan untuk bekal di akhirat. Orang-orang yang mempelajari ilmunya para nabi sesungguhnya telah mengambil bagian warisan yang banyak. Karena ilmu tersebut bersifat abadi, sedangkan harta dapat sirna. Para pemilik ilmu tidak akan lelah dalam menjaga ilmu, karena tempatnya di dalam hati dan ilmu akan menjaga diri si pemilik, tidak seperti harta yang disimpan di dalam peti. orang yang bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu syar’i akan dimudahkan jalan menuju ke surganya Allah.
Maka kewajiban menuntut ilmu harus dibarengi dengan niat yang ikhlas. Yaitu semata-mata menjalankan perintah Allah, menghadiri majelis ilmu untuk menghilangkan kebodohan pada diri dan sekitarnya, untuk membela agama Allah dan dalam rangka meneladani dan mengikuti Rasulullah.
http://www.ziddu.com/download/17426940/Makalah02_PV_UshulutTsalatsah_UstAbdullahSyaroni.pdf.html
http://www.ziddu.com/download/17426739/PV_UshulutTsalatsah_UstAbdullahSyaroni_03.mp3.html
[…] mengetahui keutamaan-keutamaan mempelajari ilmu tentang Allah, Rasulullah dan Islam seorang muslim dituntut untuk mengamalkannya […]
[…] Orang-orang yang mengamalkan ilmunya akan mendapat banyak manfaat, di antaranya adalah melimpahnya berkah dari langit dan bumi (QS 7:96), dihapusnya dosa-dosa dan diantarkan kepada surga-surga yang penuh kenikmatan (QS 5:65), disempurnakannya pahala dan bertambahnya karunia dari Allah (QS 4:173), dijanjikan mendapatkan Tuba (pohon kebahagiaan di surga, QS 13:29), dijanjikan masuk ke dalam surga (QS 22:14), dan mendapat pahala yang terus menerus tanpa terputus (QS 41:8). Sedangkan orang-orang yang sudah mempelajari ilmu kemudian ia tidak mengamalkannya maka akan mendapatkan kemurkaan Allah (QS 61:2-3), bahkan diancam untuk dimasukkan ke dalam neraka (QS 2:44). Namun ancaman ini bukan berarti kemudian meninggalkan dari upaya menuntut ilmu, karena hal itu berarti meninggalkan keutamaan-keutamaan dari ilmu dan tetap berada dalam kebodohan, padahal wajib atas kita untuk menuntut ilmu. […]