TERJEMAH AL-AQIDAH AL-WASITHIYYAH
Penulis: Asy-Syaikh Al-Islam Taqiyyuddin Ahmad Ibn Abdul Halim Ibn Taimiyyah
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1. Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar diunggulkannya di atas seluruh agama dan cukuplah Allah sebagai saksi.
2. Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang patut disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, yaitu dengan pengikraran dan penuh ketauhidan.
3. Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya dan kepada keluarganya juga para sahabatnya dengan keselamatan yang berlebih.
Amma ba’du:
4. Maka [yang akan disebut dalam risalah] inilah i’tikad golongan yang selamat yang mendapat pertolongan hingga datangnya hari kiamat: Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Yaitu beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, kebangkitan setelah kematian, dan iman kepada takdir baik dan takdir buruk.
5. Dan termasuk bagian iman kepada Allah adalah: beriman kepada sifat-sifat yang disebutkan oleh Allah di dalam kitab-Nya, dan kepada sifat-sifat yang disebutkan oleh rasul-Nya tanpa melakukan tahrif [menyimpangkan sifat-sifat Allah (di dalam Alquran dan Assunnah) kepada makna-makna batil yang bukan makan sifat itu], tidak pula ta’thil [meniadakan sifat-sifat ilahiah dan mengingkari keberadaan sifat-sifat itu pada zat Allah], dan tidak melakukan takyif [meyakini sifat Allah berbentuk demikian atau mempertanyakan bentuknya], dan tidak pula tamsil [meyakini sifat Allah seperti sifat makhluk].
Melainkan mereka (Ahlussunah wal jamaah) beriman bahwasanya Allah: “Tidak ada sesuatupun yang menyerupai dengan-Nya, dan Dia Maha mendengar dan Maha melihat” (QS Asy-Syura :11)
Maka mereka (Ahlussunah wal jamaah) tidak meniadakan dari Allah sifat-sifat yang disifatkan-Nya untuk diri-Nya. Tidak pula mereka menyimpangkan pembicaraan dari tempat (yang semesti)nya. Tidak pula menyimpangkan dan mengingkari pada nama-nama Allah dan ayat-ayat-Nya. Tidak pula membagaimanakan dan tidak pula menyerupakan sifat-sifat-Nya seperti sifat makhluk.
Yang demikian karena Mahasuci Allah dan tidak ada tandingan (yang berhak untuk dinamai dengan) nama-Nya [yakni dengan nama yang memiliki makna hanya khusus bagi Allah, yang tidak sesuatupun yang menyamai-Nya], tidak memiliki pihak yang sekufu (setingkat) dengan-Nya, tidak ada lawan bagi-Nya, dan tidak boleh dikiaskan dengan makhluk-Nya, Mahasuci Allah lagi Mahatinggi.
Maka sesungguhnya Mahasuci Allah yang paling mengetahui akan diri-Nya dan yang selain daripada-Nya, dan paling benar perkataan-Nya, dan paling bagus ucapan-Nya dibandingkan dengan makhluk-Nya.
Kemudian para rasul-Nya adalah orang-orang yang benar (jujur) dan dibenarkan, berbeda dengan orang-orang yang mengatakan pada permasalahan ini dengan apa-apa yang tidak mereka ketahui. Oleh karena itu Allah berfirman:
“Mahasuci Tuhanmu, Tuhan yang memiliki keperkasaan, dari apa-apa yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan bagi para rasul. Dan segala puji-pujian hanyalah milik Allah Tuhan seru sekalian alam. (QS As-Shaffat 180-182)
Dengan demikian Allah telah mensucikan diri-Nya dari apa-apa yang disifatkan kepada diri-Nya oleh orang-orang yang menyelisihi (menentang) para rasul. Dan Dia menyelamatkan para rasul; karena selamatnya apa yang mereka ucapkan dari kekurangan dan aib.
{bersambung, Insya Allah}
[…] [sebelumnya] […]