Di antara budaya Cina adalah perjamuan makan menyambut tamu, sebagai bentuk penghormatan bagi tamu. Pimpinan tuan rumah akan duduk di kursi istimewa yang ditunjukkan dengan lipatan serbet yang paling tinggi. Pimpinan tamu akan duduk di sisi kanan tuan rumah, lalu para tamu dan pejabat tuan rumah lainnya duduk mengelilingi meja bundar berputar yang disediakan di atasnya hidangan beraneka rupa dan rasa. Pimpinan tuan rumah akan membuka perjamuan dengan sepatah dua patah kata berisi sambutan dan harapan diiringi dengan bersulang. Kemudian bergiliran pimpinan tamu dan peserta perjamuan untuk angkat bicara dan bersulang. Bahkan, di sela-sela perjamuan saling menghampiri tempat duduk untuk mengucap terima kasih, rasa senang, dan pengharapan, kemudian bersulang.
Dalam bentuk tradisional, persulangan dilakukan dengan 白酒 (baca: Báijiǔ, arti: arak putih) yang dituang di gelas sloki. Persulangan terus dilakukan hingga botol arak yang disediakan tuntas isinya. Pada persulangan pungkas, diucapkanlah harapan-harapan agar hubungan kedua pihak langgeng dan sukses selalu, baik hubungan usaha, hubungan pertemanan, maupun kekeluargaan.
Tamu yang tidak menyambut ajakan persulangan dianggap tidak menghargai jerih tuan rumah dalam mengupayakan perjamuan. Akan tetapi, dalam bentuk moderen, keterbukaan dengan masyarakat yang berbeda budaya dan berbagai alasan seperti alasan agama maupun kesehatan, persulangan dengan arak dapat diganti dengan jenis minuman lainnya, seperti anggur, bir, teh, atau jus buah-buahan. Tentu saja dengan cara penyampaian yang tidak menyinggung hati tuan rumah.