Allah lebih besar

31 Juli, 2012

Pada mulanya konsep betapa besarnya Allah barangkali merupakan hal yang rumit dipahami anak-anak. Hanya dengan kata-kata bahwa Allah Mahabesar, jauh lebih besar daripada manusia, daripada ultraman (tokoh fiktif jagoan buatan Jepang) dan konsep yang benar mengenai keberadaan-Nya yang di atas langit saja masih membingungkan mereka. Apalagi jika orang tua menyampaikan konsep yang salah tentang Tuhan ada di mana-mana atau ada di dalam diri manusia, tentulah akan menjadi sangat tidak masuk akal bagi mereka.

Namun sekembalinya pulang dari Planetarium, Radya dan Tsuraya membahas kembali dengan babanya mengenai konsep kemahabesaran Allah. “Allah kan lebih besar ya, Baba?” ujar mereka. Baba menjawab, “Bagaimana menurut kalian Allah lebih besar?”. “Iya, kan planet dan matahari itu besar,” kata Tsuraya yang disambut oleh Radya, “Bumi lebih kecil daripada matahari.” Baba penasaran, “Lalu?” Radya melanjutkan, “Manusia kan tinggal di bumi, keciiil sekali!” Tsuraya pun menimpali, “Allah kan ada di atas langit, jadi lebih besar!”

Masya Allah, semoga Allah memberkahi mereka.


antara ketombe dan kutu rambut

29 Juli, 2012

Garuk-garuk kepala sering dilakukan ketika gatal, penyebabnya cuma 2: ketombe dan atau kutu. Ketombe adalah fenomena alami yang muncul pada kita yang masih hidup. Penyakit kulit ini muncul karena kecepatan pergantian sel kulit lebih cepat daripada laju normalnya. Pergantian sel kulit yang lebih cepat bisa disebabkan oleh banyaknya minyak yang dikeluarkan oleh kelenjar minyak yang berada di kepala, atau aktivitas mikroorganisme seperti jamur, bahkan bisa juga karena stress. Selain itu musim yang kering membuat produksi ketombe meningkat. Ketombe dapat dikendalikan produksinya dengan keramas satu kali sehari dengan sampo antiketombe atau minyak zaitun.

Jika gatal masih tetap terasa walaupun sudah keramas dengan sampo antiketombe, bisa jadi penyebabnya adalah kutu. Kutu rambut menempel erat di rambut dengan kuku kakinya yang seperti kait dan berkeliaran di antara rambut seperti Tarzan yang bergelantungan dan berpindah-pindah di antara pepohonan di hutan rimba. Ketika lapar ia turun ke kulit kepala lalu mengisap darah sehingga kulit kepala memerah dan inilah yang membuat kepala terasa gatal. Kutu menelurkan 3-5 butir telur setiap hari dan menelurkan kira-kira 100 butir telur dalam seumur hidupnya, telur-telur itu menempel pada rambut dengan perekat super kuat.

Pada abad pertengahan di sebuah kota di Swedia, kutu menjadi alat untuk memilih walikota. Para kandidat meletakkan janggut mereka di atas meja, kemudian kutu merayap dan menempel ke salah satu janggut para kandidat. Dialah yang menjadi pemenangnya. Penduduk asli Siberia memiliki adat istiadat menyatakan cinta sambil melemparkan kutu rambut seorang wanita kepada laki-laki yang dicintainya.

Kutu senang berpindah ke tempat yang baru dan menjalani hidup bersama manusia. Kutu rambut senang tinggal di rambut anak perempuan. Saking lengketnya, walaupun keramas setiap hari, kutu dan telurnya susah dihilangkan. Cara terbaik menghilangkannya adalah dengan mencari di seluruh rambut dan menangkapnya satu per satu. Untuk mengatasi kesulitan karena banyaknya kutu dan seringnya kutu berpindah-pindah, gunakan sisir serit.  Dibandingkan sisir serit jaman nenek dulu yang terbuat dari gading atau bambu, di jaman sekarang terbuat dari plastik sehingga memanaskannya dengan maksud sterilisasi malah membuatnya mengerut, namun untungnya membuat sisir menjadi lebih rapat.

Kabarnya minyak zaitun juga dapat melemahkan kutu, namun telur-telurnya tetap sulit dilepas jika tidak diserit. Bagus juga menggunakan cairan antikutu sebelum tidur malam dan keramas keesokan harinya. Dan yang lebih penting lagi, jangan gunakan sisir, headphone, topi, pita, bantal, handuk, secara bergantian dengan teman yang berkutu!

referensi: Yim, Sook Young, Buku Pengetahuan Paling Jorok, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2009


jangan sia-siakan ramadan

28 Juli, 2012

Waktu adalah sesuatu yang amat berharga, ia datang dan berlalu tanpa pernah kembali. Hanyalah yang pandai memanfaatkannya yang tidak akan merugi, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal salih, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ramadan adalah waktu yang terkumpul di dalamnya berbagai keutamaan. Lalu akankah kita sia-siakan kesempatan ini?

Ramadan adalah bulan puasa. Orang yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap balasan dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman bahwa puasa seorang hamba adalah untuk Allah dan Allah sendiri yang menentukan balasannya. Penyandaran ibadah kepada diri Allah menunjukkan betapa agung ibadah tersebut. Balasan dari Allah terhadap puasanya seorang hamba tentu tidak ternilai betapa tingginya.

Dalam Ramadan terkumpul dua jihad. Jihad di siang hari dengan menahan lapar dan dahaga. Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam mengatakan bahwa betapa banyak orang yang puasa kecuali hanya memetik lapar dan dahaga. Padahal puasa bukanlah sekadar meninggalkan makan, minum dan syahwatnya melainkan meninggalkan perkara yang sia-sia dan keji. Sebab setan-setan dari kalangan jin dibelenggu sehingga tidak dapat membisikkan was-was dan pintu neraka ditutup sehingga membuka kesempatan yang luas untuk meraih pintu surga. Maka kesia-siaan dan kejahatan yang hadir di bulan Ramadan adalah murni datangnya dari hawa nafsu manusia.

Jihad di malam hari adalah menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah salat tarawih. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bahwa siapa yang menegakkan salat tarawih di malam Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap balasan dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang salat bersama imam hingga selesai maka akan dicatat baginya salat semalam suntuk. Tentu saja dalam melaksanakan kedua jihad itu diperlukan kesabaran.

Ramadan adalah bulan Alquran, karena diturunkan di bulan tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersama malaikat yang mulia Jibril alaihissalam mendaras Alquran setiap bulan Ramadan. Maka berlomba-lombalah manusia tadarus Alquran untuk mendapat keutamaannya. Dan di sepuluh terakhir Ramadan terdapat sebuah malam yang nilainya setara dengan seribu bulan. Para ulama ahlussunnah telah menjelaskan bahwa siapa yang beramal di malam tersebut maka amalannya bernilai seribu bulan. Siapa yang sedekah di dalamnya setara sedekah seribu bulan. Siapa salat di dalamnya setara salat seribu bulan. Siapa tilawah Alquran di dalamnya setara tilawah seribu bulan. Itulah malam yang dikenal sebagai Lailatul Qadr, malam yang penuh keutamaan.

Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam memerintahkan keluarganya untuk mengencangkan ikat pinggang dan berkonsentrasi untuk meraih malam Al-Qadr dengan memperbanyak istigfar, zikir, salat, membaca Alquran, dan sedekah. Menggalakkan itikaf di masjid jami sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan berburu malam Al-Qadr dengan khusyuk beribadah.

Ramadan adalah waktu yang terkumpul di dalamnya berbagai keutamaan. Lalu masihkah ingin kita sia-siakan kesempatan ini?

(disarikan dari tausiyah Ustadz Muhammad Yahya hafizhahullah pada kultum tarawih di Masjid Al-Urwatul Wutsqa, Komplek Taman Ventura Indah, Depok)


Terjemah Aqidah Wasithiyah – 05

27 Juli, 2012

TERJEMAH AL-AQIDAH AL-WASITHIYYAH

Penulis: Asy-Syaikh Al-Islam Taqiyyuddin Ahmad Ibn Abdul Halim Ibn Taimiyyah

[sebelumnya]

{Penetapan sifat Cinta bagi Allah terhadap para Wali-Nya dengan kecintaan yang sesuai dengan kebesaran-Nya}

Dan firman-Nya: “Berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Albaqarah: 195)

“Dan berbuat adillah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.” (QS Al-Hujuraat: 9)

“Maka apabila mereka berlaku lurus kepada kalian, hendaklah kalian berlaku lurus kepada mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 7)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Albaqarah: 222)

Dan firman-Nya: “Katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.'” (QS Ali Imran: 31)

Dan firman-Nya: “Maka kelak didatangkan oleh Allah suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS Al-Maidah: 54)

Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur laksana mereka sebagai bangunan yang tersusun kukuh.” (QS As-Shaf: 4)

{Penetapan sifat Rahmat dan Pengampun bagi Allah}

Dan firman-Nya: “Dan Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Welas Asih.” (QS Al-Buruj: 14)

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS An-Naml: 30)

“Wahai Tuhan kami, sungguh meliputi segala sesuatu yaitu rahmat dan ilmu Engkau.” (QS Al-Mu’min: 7)

“Dan Dia, kepada orang-orang beriman, adalah Maha Menyayangi.” (QS Al-Ahzab: 43)

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS Al-A’raaf: 156)

“Telah ditetapkan oleh Tuhan kalian atas diri-Nya rasa kasih sayang.” (QS Al-An’am: 54)

“Dan Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yunus: 107)

“Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Penjaga. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS Yusuf: 64)

{bersambung, Insya Allah}


kanak-kanak berpuasa

26 Juli, 2012

Karena semangat orang tua untuk menularkan kebaikan seringkali tidak didukung dengan pengetahuan dan pengertian yang cukup. Sehingga mereka memaksakan kanak-kanak mereka berpuasa baik itu pada sebagian hari bahkan sepenuh hari dengan maksud melatih dan membiasakan. Orang tua itu berbangga walaupun kanak-kanak mereka kepayahan dan menderita. Padahal usianya belum lagi sampai tujuh tahun. Sedangkan untuk shalat saja baru diperintahkan pada tujuh tahun.

Shalat adalah pembeda antara muslim dengan kafir, merupakah kewajiban yang paling utama di dalam Islam sehingga tidak diperkenankan meninggalkan shalat bagaimanapun keadaannya. Sedangkan puasa adalah rukun keempat dari rukun Islam, yang wajib dikerjakan oleh orang-orang yang sehat dan tidak safar, dengan demikian, keutamaannya lebih rendah daripada shalat. Maka perintah puasa untuk kanak-kanak adalah kepada yang sudah memasuki usia tujuh tahun atau lebih, bukan kepada yang lebih muda usianya [1].

Hendaklah kanak-kanak itu dicontohkan oleh orang tuanya bagaimana menjalani puasa yang baik dan sesuai sunah. Mintakan pendapatnya tentang puasa. Apabila mereka hendak berpuasa, jangan dilarang dan beri bimbingan [2]. Sebaliknya jika mereka hendak berbuka, orang tua tidak memaksa agar anaknya tetap berpuasa [3]. Mudah-mudahan Allah mengaruniai orang tua yang demikian generasi penerus yang beribadah sesuai pengetahuan dan pemahaman yang benar.

[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak kecil untuk shalat ketika ia berumur tujuh tahun, dan jika ia berumur sepuluh tahun maka pukullah (kalau ia meninggalkan shalat).” (riwayat Abu Dawud no.494 dan At-Tirmdziy no.407 dan berkata : “ini adalah hadits yang hasan”).

Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah tatkala mengomentari hadits ini :

“para ahli fiqih mengatakan : demikian pula puasa, agar hal itu menjadi latihan baginya untuk mengerjakan ibadah, supaya nantinya ia tumbuh dewasa dalam keadaan senantiasa di atas peribadahan dan ketaatan, dan menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran, hanya Allah yang memberi  taufik” (tafsir Ibnu Katsir 8/167 tafsir surah At-Tahriim : 6).

[2] http://www.salafy.or.id/fiqih/puasa-bagi-anak-kecil-yang-belum-baligh/

[3] http://almakassari.com/artikel-islam/fiqh/hukum-memerintahkan-anak-kecil-yang-belum-mencapai-15-tahunbaligh-untuk-berpuasa.html


tarawih yang sunyi

25 Juli, 2012

Sudah dimaklumi oleh banyak orang, terutama yang tinggal di kampung-kampung, bahwa salat tarawih adalah ibadah yang khusus diadakan di bulan Ramadan. Sehingga mereka meramaikan salat tarawih bukan dengan konsistensi jamaah yang ramai hingga akhir Ramadan, melainkan meramaikannya dengan doa, zikir, salawat dan pujian yang dikumandangkan melalui pengeras suara, sambut menyambut penuh semangat bagai litani. Ketika hal ini ditiadakan, menyeruak kesenyapan penuh rasa kehilangan. Padahal sebagaimana ibadah salat sunah lainnya, tarawih adalah bentuk salat malam yang semestinya penuh kekhusyukan dan ketentraman jiwa. Lalu bagaimana kita mendapatkan suasana batin yang damai jika kita penuhi tarawih dengan riuh rendah?

Sudah sepantasnya kita bertarawih mengikuti langkah Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam dan para sahabatnya radiyallahu anhum. Mudah-mudahan mendapat ketetapan pahala bangun malam semalam penuh apabila mengikuti salat bersama imam hingga imam berlalu (salat selesai) [1]. Dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala hanya dari Allah, mudah-mudahan diampuni dosa-dosa kita yang telah lalu [2].

[1] “Sesungguhnya bila seorang shalat (tarawih) bersama imam sampai dia selesai, ditulis baginya (pahala) shalat semalam penuh”. (HR. Abu Daud,Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam Al Irwa` no: 447)

[2] “Barang siapa yang melaksanakan menegakkan Ramadhan (shalat Tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR.Bukhari)


mengikuti sidang itsbat

24 Juli, 2012

Bagi yang mengikuti sidang itsbat penentuan 1 Ramadan 1433H yang digelar pada 29 Rajab 1433H (19 Juli 2012) yang lalu, barangkali sepakat bahwa sidang tersebut adalah sidang yang paling lama yang pernah digelar oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Sidang itsbat tersebut disiarkan secara terbuka sejak pukul 19.00 WIB hingga 21.30 WIB melalui media televisi dan radio. FM 88,8 sebagai jaringan berita nasional adalah salah satu media yang menyiarkan secara komplit, dibandingkan FM 90,0 yang memotong siaran dan mencukupkan pada kesimpulan sebelum tanggapan dan pembacaan keputusan.

Sebagaimana sidang-sidang itsbat pada tahun-tahun sebelumnya, sidang kali ini memberikan pelajaran yang cukup baik bagi masyarakat melihat dinamika kedewasaan dalam hal ilmu dan sikap para tokoh yang diulamakan dari ormas-ormas Islam di Indonesia. Termasuk sikap enggan memenuhi undangan sidang istbat oleh salah satu ormas Islam terbesar kedua di Indonesia. Ormas tersebut telah memutuskan tanggal 1 Ramadhan berdasarkan hisab kriteria wujudul hilal yang diyakininya jatuh pada hari Jumat dan telah memobilisasi massanya untuk berpuasa mendahului keputusan pemerintah. Begitupun sikap sebuah ormas garis keras yang kukuh dengan hisab metode Sullam untuk menggerakkan massanya berpuasa sehari lebih awal. Padahal nash yang sahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam memerintahkan metode rukyat dalam penentuan awal Ramadan, Idul Fitri dan awal Dzulhijjah, dengan mengesampingkan metode hisab.

Apabila kembali kepada kriteria rukyatul hilal sesuai nash yang sahih, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama yaitu pendapat jumhur ulama dari kalangan Maliki, Hambali dan Hanafi yang menerima berlakunya satu rukyat untuk seluruh negeri muslim. Sehingga apabila telah terlihat hilal di suatu negeri maka seluruh negeri muslim diharapkan mengawali dan mengakhiri puasa bersama-sama. Adapun pendapat kedua dari Imam As-Syafi’i adalah masing-masing negeri memiliki tempat terbit hilal yang berbeda-beda sehingga umat Islam berpuasa menurut negeri tempat tinggalnya masing-masing. Jika para pengagung hisab meninggalkan egonya dan menerima rukyat, mereka bisa saja mengambil pendapat pertama tentang rukyat sebagai dalil berpuasa daripada menggunakan hisab.

Bagaimanapun kita perlu menghormati mereka yang berkumpul dalam sidang itsbat, mempertimbangkan rukyatul hilal dan bersepakat dengan keputusan Menteri Agama sebagai waliyul amri untuk memulai puasa secara bersama-sama dalam rangka memenuhi sunnah Rasulillah shalllallahu alaihi wa ‘alaa aalihi wasallam. Mudah-mudahan Allah memberikan kepada mereka kepahaman dalam agama dan memudahkan umat memahami agamanya. Dan sangat perlu kita doakan bagi para ormas yang berselisih dengan pemerintah apalagi dengan ormas yang mendahului puasa satu atau dua hari sebelumnya menurut keyakinan mereka yang tidak berdalil agar kembali kepada pemahaman Islam yang benar.


menjaga lisan

23 Juli, 2012

Barangkali menjaga lisan sama sulitnya dengan menjaga hati, walaupun lebih mudah. Tidak seorang pun yang mampu menjaga hatinya, sebab persoalan hati adalah persoalan yang berada di tangan Allah. Maka itulah hikmah dari doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi wasallam: “Yaa muqalliba l-quluub, tsabbit qalbii alad-diinika” (Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu). Adapun lisan, ia berada dalam kendali akal manusia. Akan tetapi, kenyataannya sedikit orang yang mampu menjaga lisannya dari perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat.

Kemarin mengatakan demikian, esok atau lusa mengatakan yang berbeda. Memang lisan tak bertulang sehingga mudah sekali ia bersilat menampik bahkan mendustakan apa yang telah dikatakannya. Seringkali lisan menjadi penyebab kehancuran dari hubungan yang telah dijalin susah payah. Membicarakan orang lain tanpa solusi yang efektif adalah salah satu ulah lisan yang tidak terjaga. Bahkan lisan dapat menjadi sumber malapetaka, akibat ketidakmampuan si pemilik lisan untuk menjaganya. Padahal lisan diciptakan dalam keadaan terjaga oleh gigi geligi yang membentenginya dan sepasang bibir yang membuka atau menutup pintu komunikasi.

Mari kita jaga lisan, mumpung dalam suasana Ramadan, jangan sampai kita termasuk orang yang hanya mendapat haus dan lapar saja, gara-gara menebar perkataan yang menyalahi tuntunan agama.


Terjemah Aqidah Wasithiyah – 04

22 Juli, 2012

TERJEMAH AL-AQIDAH AL-WASITHIYYAH

Penulis: Asy-Syaikh Al-Islam Taqiyyuddin Ahmad Ibn Abdul Halim Ibn Taimiyyah

[sebelumnya]

Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS Adz-Dzariyat: 58)

{Penetapan Sifat Pendengaran dan Penglihatan bagi Allah}

Dan firman-Nya: “Tidak ada yang serupa dengan Dia, sesuatupun. Dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS Asy-Syura: 11)

Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah yang sebaik-baik pemberi pengajaran kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS An-Nisa’: 58)

{Penetapan Sifat Kehendak bagi Allah}

Dan firman-Nya: “Dan mengapakah tidak ketika kamu memasuki kebunmu kamu mengatakan, ‘Maasya Allaah Laa Quwwata Illaa bilLaah’ (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS Al-Kahfi: 39)

Dan firman-Nya: “Seandainya dikehendaki Allah, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah memperbuat apa yang dimaui oleh-Nya.” (QS Al-Baqarah: 253)

Dan firman-Nya: “Dihalalkan bagi kamu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, tidaklah dihalalkan berburu pada saat kamu berihram. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut kemauan-Nya.” (QS Al-Maidah: 1)

Dan firman-Nya: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah diberikan petunjuk kepadanya, niscaya dilapangkan oleh-Nya dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki kesesatan padanya, niscaya dijadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan-akan ia sedang mendaki ke langit.” (QS Al-an’am: 125)

{bersambung, Insya Allah}


memurnikan niat dalam ibadah

21 Juli, 2012

Dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah di dalam kitab Shahih-nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda yang artinya bahwa yang pertama kali diadili di pengadilan Allah Yang Mahaadil adalah tiga orang. Orang pertama adalah yang berjihad dengan penuh keberanian dan mati di jalan Allah. Kemudian dihadapkan kepadanya segala nikmat yang Allah berikan kepadanya dan ditanyakan kepada orang tersebut mengapa ia beramal sedemikian itu. Orang itu menjawab bahwa amalan jihadnya adalah karena Allah semata. Namun Allah mendustakannya dan menguakkan bahwa ia berjuang sepenuh tenaga dan keberanian hanya untuk dikatakan oleh orang sebagai pemberani dan pahlawan yang mati syahid. Kemudian orang tersebut di seret dengan muka telungkup dan dilemparkan ke dalam neraka.

Adapun orang yang kedua adalah orang yang belajar agama dengan sungguh-sungguh, mempelajari Alquran dan mengajarkannya. Ketika ditanyakan mengapa ia beramal demikian, dijawabnya karena Allah semata. Namun Allah mendustakannya dan menampakkan bahwa ia ingin dikatakan oleh manusia sebagai orang yang berilmu. Kemudian orang tersebut di seret dengan muka telungkup dan dilemparkan ke dalam neraka.

Orang yang ketiga adalah orang yang diberi nikmat kelebihan harta yang ia belanjakan hartanya di jalan Allah. Ketika ditanyakan mengapa ia beramal demikian, dijawabnya karena Allah semata. Namun Allah mendustakannya dan menunjukkan bahwa orang itu ingin disebut-sebut manusia sebagai orang yang dermawan. Kemudian orang tersebut di seret dengan muka telungkup dan dilemparkan ke dalam neraka.

Kita mengetahui bahwa amalan yang dilakukan oleh ketiga orang tersebut adalah amal yang utama, paling tinggi dan mulia: berjihad di jalan Allah, mempelajari dan mengajarkan Alquran, dan mendermakan harta di jalan Allah. Namun justru karena amalan tersebut menyebabkan ketiganya masuk neraka. Inilah yang dinamakan dengan riya’, sebuah bentuk kesyirikan dalam beramal hanya untuk mendapat pujian dan penghargaan manusia. Padahal kita disuruh untuk memurnikan ketaatan dalam ibadah kita kepada Allah semata.

Allah menyegerakan harapan-harapan duniawi seorang hamba jika ia menginginkannya dan Allah tidak mengurangi sedikitpun apa yang diharapkannya. Tetapi hendaklah ia waspada karena bisa jadi sama sekali  tidak ada baginya bagian di akhirat. Oleh karenanya, mumpung masih di awal Ramadan, bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan Allah, bulan yang dilipatgandakan balasan setiap amal kebajikan, alangkah baiknya jika kita melepaskannya dari segala bentuk riya’ dan memurnikan niat dalam ibadah kita hanya untuk Allah semata. Semoga Allah memberkahi dan menerima amal ibadah Ramadan kita.

[disarikan dari taujihat Ustadz Ayub Abu Ayub hafizhahullah pada kultum tarawih Masjid Al’Urwatul Wutsqa, Komplek Taman Ventura Indah, Depok]


%d blogger menyukai ini: