Hendaklah seorang muslim ahlussunnah banyak bersyukur kepada Allah, atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada seluruh alam. Bersyukur dengan apa yang ada pada dirinya dari rizki yang diberikan Allah kepadanya. Bersyukur atas berdirinya masjid ahlussunnah, sehingga dapat menggali ilmu-ilmu agama sesuai pemahaman para salaf serta berkumpul di dalamnya orang-orang yang gemar menghidupkan sunnah serta menjalankannya tanpa rasa was-was.
Bersyukur atas nikmat kemerdekaan bagi negeri ini, sehingga dimudahkan segala urusan untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menikmati hasil jerih payah perjuangan para pendahulu dan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan umat, sebagaimana firman Allah: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…” (QS Ali Imran, 3: 103)
Bagaimanapun kondisi kita saat ini dalam memperjuangkan sunnah, sangatlah tidaklah sebanding dengan perjuangan berat yang dijalani oleh Nabi Nuh alaihissalam. Walau begitu, beliau disebut-sebut di dalam Alquran surat Al Israa, 17: 3 sebagai hamba yang banyak bersyukur kepada Allah.
Bersyukur atas dimudahkan dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan, bulan yang terkumpul di dalamnya berbagai keutamaan dan kelebihan. Bersyukur karena dihampirkan di penghujung Ramadan, sebagaimana firman Allah: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Albaqarah, 2: 185)
Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam, pada hari-hari terakhir di bulan Ramadan mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya. Mengencangkan ikat pinggang maksudnya menahan diri dari menggauli istri-istrinya. Menghidupkan malam untuk banyak beribadah dengan shalat, membaca Alquran dan berdzikir mendekatkan diri kepada Allah. Membangunkan keluarga untuk bersama-sama menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan.
Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita di bulan Ramadan dan menjadikan kita hamba yang banyak bersyukur.
(disarikan dari khutbah Ustadz Ja’far Shalih hafizhahullah pada Khutbah Jumat di Masjid Al-Muhajirin Wal Anshar, Jl. Pramuka, Grogol, Depok)