Kebanyakan dari kita melupakan firman Allah yang artinya, “sesungguhnya manusia, kepada Tuhannya, tidak berterima kasih”, QS 100:6. Yaitu ketika Allah mencabut salah satu nikmat-Nya dari kita, seketika itu pula kita mengingat-ingat musibah dan melupakan begitu banyak nikmat lainnya. Seakan-akan tidak ada orang lain yang lebih menderita daripada kita.
Padahal musibah yang kita rasakan hanyalah sedikit dari cobaan yang Allah timpakan kepada kita. Padahal begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sebelum musibah itu datang atau barangkali musibah kita sesungguhnya lebih ringan daripada penderitaan orang lain, namun kita melupakan nikmat tersebut dan tidak mensyukurinya.
Seorang tabiin yang istimewa karena sudah disebut namanya semasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, Uwais al-Qarni –semoga Allah mengasihi beliau– memiliki tips sederhana untuk melanggengkan rasa syukur. Dahulunya ia pernah berdoa kepada Allah untuk menyembuhkannya dari penyakit buras di seluruh tubuhnya, namun minta disisakan sedikit di sekitar perutnya. Allah pun mengabulkan doanya. Dengan sisa penyakit yang sedikit itu ia tidak melupakan nikmat Allah.
Sedangkan kita, barangkali malah mengisi waktu saat ditimpa musibah dengan keluhan dan berburuk sangka kepada Allah dengan rasa putus asa. Padahal keluhan adalah tanda bahwa kita kurang bersyukur. Padahal tidaklah berputus asa dari kasih sayang Allah kecuali orang-orang kufur nikmat.
Makanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditimpa cobaan mengganti keluhan dengan ucapan, “Alhamdulillah ‘alaa kulli haal” (segala puji bagi Allah atas segala perkara yang menyusahkan ini). Hal ini dimaksud agar kita tetap mengingat Allah dengan segala nikmat yang telah Ia berikan walau dalam keadaan sempit sekalipun.