Pernah ada seorang kaya yang sangat pelit, terhadap tetangganya yang miskin pun ia tidak pernah mau berbagi. Sehingga si miskin tetangganya mengumpulkan uang sedemikian rupa untuk menjamu si kaya dengan hidangan yang cukup mewah sambil berharap agar si kaya mau berubah menjadi dermawan. Si kaya pun memenuhi undangan makan si miskin. Terhidang di hadapannnya berbagai makanan yang enak-enak. Si kaya sangsi bagaimana mungkin si miskin ini dapat menyediakan jamuan yang mewah. Mengetahui bahwasanya cuma-cuma, ia pun menikmati seluruh hidangan dengan lahap sampai kenyang. Ketika si kaya bersendawa karena kekenyangan, seketika itu pula ia muntah dan menangis tersedu-sedu. Si miskin memerhatikan hal ini dan mengira bahwa si kaya sudah sadar akan kepelitannya selama ini. Si miskin memberanikan diri bertanya, “Apa gerangan yang menyebabkanmu menangis begini, wahai Fulan?”
Si kaya mengusap air matanya, menatap wajah si miskin kemudian berkata, “Saya menangis karena sedih dan merasa sayang harus memuntahkan makanan enak yang saya makan dengan cuma-cuma ini.”