cerita paspor: kantor imigrasi satu

Lanjutan dari cerita sebelumnya, hari jumat pagi-pagi sekali sudah mempersiapkan segalanya sebelum berangkat ke kantor imigrasi depok. Berangkat jam 6.30 pagi, di antara rinai hujan dan menembus keramaian lalu lintas, tibalah di kanim depok jam 8 pagi. Terperanjat oleh sudah penuhnya ruang tunggu, kami menuju ke petugas penerima tamu.

baba: permisi pak, kami sudah daftar online, sebaiknya menuju ke loket mana ya?
petugas: bapak, sudah isi formulir pernyataan?
baba: formulir yang mana pak?
petugas: bapak silakan ke koperasi, minta formulir, GRATIS, lalu isi baru kemudian ke loket pengambilan nomor.
baba: oh gitu, saya kira kalau sudah daftar online, bisa langsung ambil nomor antrian.
petugas: iya pak, begitulah prosedurnya di sini.

kami pun menuju ke koperasi meminta formulir dimaksud.
baba: pak, mau minta formulir
petugas: dewasa atau anak? berapa orang?
baba: dewasa pak, dua.
bubu: satu aja, kan formulir bubu yg lama masih bisa dipakai?
baba: eh, satu aja pak.

petugas koperasi menyerahkan formulir lalu kami mencari tempat untuk mengisinya. tidak kami dapati tempat kecuali di meja penerima tamu.
baba: permisi pak, boleh mengisi di sini?
petugas: silakan pak

kami pun mengisi formulir tersebut dengan pulpen bertinta biru.
baba: sudah daftar online kok masih harus mengisi lagi?
bubu: memangnya isiannya sama dengan yang di online?
baba: tuh lihat aja, sama persis. kecuali lembar pernyataan ini.
petugas: pak, isi formulirnya dengan tinta hitam.
baba&bubu: jiaahhh…

baba: waduh, ga bawa pulpen hitam. eh, pak boleh pinjam pulpennya?
petugas: silakan pak.
baba: (dalam hati) duh, baiknya pak petugas nih…

bubu: lembar pernyataan mesti tanda tangan di atas meterai nih.
baba: eh, kayanya baba punya satu di dompet.
bubu: alhamdulillah, bubu juga punya satu di dompet.

selesai mengisi, mengembalikan pulpen kepada petugas penerima tamu.
baba: sudah diisi semua, ke mana lagi pak?
petugas: itu di dalam sebelah kiri, bapak dan ibu serahkan mapnya untuk mendapat nomor antrian.

di meja nomor antrian yang ramai oleh pemohon. ada petugas yang memeriksa dokumen, ada yang memanggil nama pemilik dokumen, ada juga yang menempelkan nomor antrian di map dokumen. beberapa dokumen ditaruh di atas meja. baba satukan dokumen kami berdua lalu bertanya ke petugas.
baba: pak, mendaftar online, taruh di sisi mana?
petugas: taruh sini saja pak.
menunjuk tempat yang dimaksud, kemudian kami menunggu dipanggil.

setelah dipanggil dan mendapat nomor antrian,
petugas: bapak tunggu di depan loket 3 ya, tunggu nomornya dipanggil.
baba: terima kasih pak

tempat duduk di ruang tunggu penuh oleh orang mengantri. kami berdiri di sisi belakang yang terdapat meja untuk menulis.
bubu: kok cuma dapat satu nomor antrian ba?
baba: ah, gapapa… kan barengan.
bubu: ih, mana ada. tuh lihat, setiap orang pegang satu nomor antrian.
baba: ya sudah sana minta lagi.
bubu membawa pergi map yang belum ditempeli ke meja nomor antrian lalu kembali tidak berapa lama.

baba: bagaimana?
bubu: untung, bubu minta nomor antrian, ba. dapat map GRATIS nih. kalau tidak repot lagi nanti kita.
baba: coba lihat nomornya, eh kok berurutan, 109 dan 110.
bubu: untung, berarti belum ada yang nyelak. tapi kok nomor 100-an ya?
baba: iya, ya? tapi kalo lihat sisa antriannya sih cuma 8. lalu kemana orang-orang yang lain ya?
bubu: oh, barangkali dipisahkan nomor antriannya antara yang datang langsung dengan yang sudah daftar online.
baba: (tengok nomor sebelah) sepertinya begitu, tuh sebelah yang nomornya kecil tapi sisa antriannya banyak.
bubu: beda loket juga ba.

tunggu punya tunggu, mulailah panggilan nomor antrian. pemohon yang daftar langsung dipanggil berbeda loket dengan yang mendaftar online. satu per satu hingga tiba giliran kami. kami menyerahkan dokumen kepada petugas di loket 3 untuk diperiksa dan dibandingkan antara salinan dengan aslinya.

petugas: pak, ini bukti bayar bank, bapak sudah punya copy-nya kan?
baba: eh, sudah saya scan sih, bagaimana sebaiknya bu?
petugas: enggak, barangkali bapak butuh untuk diganti oleh kantor.
baba: enggak kok, bu. biaya pribadi.
petugas: pak, ini paspor lama bapak masih berlaku.
baba: iya, bu tapi tinggal 9 bulan.
petugas: kan, batasnya 6 bulan, pak?
baba: maksud saya sekalian saja ganti biar bareng urusannya dengan paspor istri saya.
petugas: memangnya rencana pergi kapan?
baba: awal februari, bu.
petugas: masih cukup sih pak, nanti bapak bisa urus lagi.
baba: tapi saya juga ada rencana keluar lagi pada bulan mei atau juni. jadi sekalian saja saya urus ganti paspor sekarang.
petugas: oh gitu, sebentar ya, saya tanya dulu ke atasan saya.

si petugas pergi meninggalkan kami lalu kembali beberapa saat kemudian.
baba: jadi bagaimana bu?
petugas: yah sebenarnya sih sayang pak, tapi karena sudah bayar, ya akan kami proses.

petugas: ibu, ini masih pake formulir lama ya?
bubu: iya, bu. dulu pernah ambil dan belum dipakai.
petugas: gak bisa bu, sekarang sudah beda ketentuannya.
bubu: lalu bagaimana, bu?
petugas: ya sudah sekarang minta aja ke koperasi formulir yang baru lalu isi dan kembali lagi ke sini. ga perlu ambil nomor antrian lagi. oya, sekalian ini fotokopi ktp jangan digunting apalagi bolak-balik, mesti dalam bentuk A4.

kami keluar untuk mengambil formulir baru.
baba: jiahh… daftar online ga guna dong nih
bubu: yah… 15ribu yang dulu (buat beli formulir, map dan meterai) juga gak bermanfaat deh…
baba: bermanfaat lah… buat pemulung kertas, hehehe
bubu: dan meterainya mesti beli baru dong?
baba: ah iya ya…

di koperasi.
baba: pak, minta formulir, dewasa, satu
petugas: sudah pernah ambil bukan?
baba: belum pak, hehehe
petugas koperasi menyerahkan formulir.
baba: beli meterai dimana pak?
petugas: di sebelah, di tempat fotokopi.

di tempat fotokopi.
baba: fotokopi ktp, beli meterai 1 dan pulpen hitam 1.

setelah mengisi ulang formulir kami kembali ke loket 3. menunggu pemohon lain yang sedang dilayani petugas. mendengar percakapan mereka.
pemohon: lho, jadi hari ini saya hanya menyerahkan dokumen saja?
petugas: iya, pak. nanti kami berikan tanda terima berkas, di situ tertera kapan bapak mesti kembali untuk foto dan wawancara.
pemohon: wah, apa gunanya saya mendaftar online?
petugas: mohon maaf pak, tetapi demikain prosedur di kantor kami.
pemohon: lalu, bukannya ada layanan satu hari untuk perpanjangan?
(barangkali maksudnya penggantian paspor yang habis masa berlakunya)
petugas: benar pak, hanya saja layanan tersebut baru ada di jakarta pusat. adapun di depok sebagaimana prosedur pengajuan baru, dalam 3 kali kedatangan, paling cepat 5 hari kerja.
pemohon: percuma dong, rugi saya. daftar online biar cepat, dan berharap hari ini juga selesai.
petugas: demikian pak, prosedur di kantor kami.

setelah mendapat tanda terima, pemohon itu pun keluar dengan menggerutu karena kesal.

kami masuk ke meja petugas dan menyerahkan formulir yang baru bersama dokumen lainnya.

baba: jadi, foto dan wawancaranya ga bisa hari ini juga ya bu?
petugas: iya, pak. prosedur di sini demikian. supaya tidak penuh dan kami dapat melayani pemohon dengan baik.
bubu: oh, begitu bu. jadi kapan harus datang lagi?
petugas: kalau hari biasa dapat datang keesokan harinya. karena hari ini jumat, maka bapak dan ibu dapat datang kembali hari senin pagi. oya, pak. bapak bekerja di instansi pemerintah atau bumn?
baba: iya, ada apa bu?
petugas: mesti ada surat rekomendasi kantor ya.
baba: lho, kan ini buat pribadi, bayar sendiri pula.
petugas: aturannya demikian pak, nanti serahkan saja pada waktu wawancara.

petugas itu menyerahkan tanda terima berkas permohonan spri yang menyebutkan hal-hal yang perlu kami bawa pada saat kembali untuk wawancara dan foto. kami keluar dari kantor imigrasi depok pada jam 10.00 pagi. meninggalkan begitu banyak pemohon lainnya yang masih menunggu antrian, kebanyakan dari mereka datang langsung tanpa mendaftar online di http://www.imigrasi.go.id sebelumnya.

[bersambung]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: