1.
“هل تتكلم العربيه؟”
Seseorang tiba-tiba memberi salam kepada saya yang sedang berjalan di pelataran Masjid Nabawi dan bertanya dengan pertanyaan tersebut. Tergagap, saya pun menjawab, “I am sorry, أنا لا أتكلم العربية”
Orang itu tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih dalam bahasa arab dan pergi meninggalkan saya. Saya mengira dia hendak menanyakan sesuatu namun tidak jadi karena saya tidak berbahasa yang sama dengannya.
2.
Lain waktu saya menghadiri majelis tahsin alquran setelah subuh dibimbing seorang syaikh. Setiap hadirin selesai membaca, syaikh mengomentari dan bercakap sebentar dengannya. Pada giliran saya membaca beliau menyimak dengan saksama, kemudian mencukupkan bacaan saya dan bertanya, “جيد ، هل أنت أندونيسي؟”
Terkesima, saya pun menjawab, “نعم، أنا اندونيسي”
Beliau tersenyum dan mendoakan keberkahan lalu beralih kepada giliran berikutnya.
3.
Usai mengikuti pengajian tafsir Juz Amma berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi yang dibawakan oleh Ustaz Firanda, seorang pemuda mendatangi saya dan bertanya, “Excuse me, in what language the talk was presented?” Saya pun menjawab pertanyaannya dengan bahasa Inggris dan terjadi percakapan beberapa saat dengannya. Pemuda yang berasal dari suatu daerah di Turki itu tidak terlalu fasih berbahasa Inggris namun kami berusaha saling memahami.
4.
Pada kesempatan saya menghadiri majelis taklim bada magrib di Masjidil Haram, saya berharap dengan beraneka ragamnya peziarah mendapati orang yang saya dapat berkomunikasi dengannya. Saya membuka pertanyaan dengan orang yang duduk di samping saya, “Excuse me, who is the sheikh who was giving a lesson?” Orang itu pun menjawab, “باللغة العربية، من فضلك”
Saya kaget, lalu bertanya dengan terbata-bata, “ما هو اسم الشيخ؟” Orang itu pun menjawab, “أنا لا أعرف؟” Kami pun kembali menyimak pelajaran tanpa berpanjang kalam.
5.
Setiap waktu salat berjamaah yang saya hadiri di Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi, saya merasa bersyukur dapat menjadi salah seorang makmum. Menikmati kesyahduan lantunan qiraah para imam yang selama ini bacaannya hanya didengar melalui rekaman. Namun untuk menghayatinya sepenuh hati, barulah pada ayat-ayat yang sering saya dengar atau yang saya hafal dan diketahui maknanya.
6.
Suatu ketika saya mengunjungi maktab atau perpustakaan yang berada di sisi barat Masjid Nabawi. Melihat koleksi buku-buku yang terpampang di sana, terbayang betapa banyak pengetahuan yang tersedia dan siap untuk dibaca oleh para penuntut ilmu. Saya memindai setiap rak mencari-cari buku yang dapat saya baca. Hati dan perasaan saya bergolak, tak terasa saya pun menitikkan air mata. Mendapati diri ini tak mampu memetik sedikitpun faidah dari ribuan buku yang ada, hanya karena kemampuan berbahasa yang minim.
7.
-epilog-
Dari Hasan Al-Bashri, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama nabi mereka.”
Menyukai ini:
Suka Memuat...