seringkali kita dihadapkan pada situasi yg meminta partisipasi dan kontribusi kita, pada saat yg sama kita sudah memiliki urusan dan janji lain. situasi tersebut bukanlah hal yg mendesak atau penting bagi kita tetapi iya bagi yg mengharapkan kita. pada saat itu hanyalah kebaikan hati kita yg dapat mengiyakan atau menolaknya. kita tahu persis bahwa kita mampu membantunya lebih baik daripada orang lain.
belum lagi jika kita mengetahui bahwa ada orang yg kita hormati telah lebih dulu berpartisipasi dan berkontribusi juga meminta kita untuk membantunya pada situasi tersebut. mengetahui bahwa orang lain yg sebelumnya membatalkan diri tanpa memberi rekomendasi atas pengganti dirinya. mengetahui bahwa orang lain yg kita ajak kemudian untuk ikut membantu kita malah lebih mudah menolak.
apakah anda, pada posisi itu, mengatakan “tidak”?
Dibandingkan saja urgensi kita dan dia. Mana yang lebih besar manfaat dan mana yang paling sedikit mudharat. Bila masih bingung, istikharah
good advise, mas. tq (y)
Sama-sama Mas Andi..
Saya akan bertanya dulu, se-urgent apa untuk membantunya dalam waktu dekat ini? Apakah bisa dimundurkan? Apa konsekuensinya kalau tidak bisa dimundurkan?
Kalau ternyata urgent banget dan itu demi kemaslahatan banyak orang, lebih baik saya mengalah. Kemudian mengatur ulang agenda yang saat ini sedang dikerjakan.
Bila tidak urgent, saya akan menyanggupinya dengan catatan
Urgently needed banget mas…
apalagi kalau kita tahu bahwa bantuan kita dibutuhkan utk menggantikan orang lain yg sebelumnya menyanggupi namun tiba2 membatalkannya di saat2 terakhir 😦