air mata perpisahan

27 Juli, 2014

image

dapatkah aku
menerima kepergianmu,
apabila saat yang berlalu
aku sia-siakan?

haruskah aku
menangis kehilanganmu,
untuk berat hati
menyambut raya?

andai aku dapat
mengulang kembali,
atau hanya berharap
bertemu lagi.

(depok, 29-9-1435/27-7-2014, 8:37 wib/gmt+7)

image


Allah pun cemburu

19 Juli, 2014

Ketika Nabi Ibrahim alaihi salam mulai terlihat lebih rasa cintanya kepada anaknya yang satu-satunya, Allah cemburu. Dia mewahyukan ke dalam mimpi kekasih-Nya mengenai penyembelihan anak yang dicintai itu.

Nabi Ibrahim alaihi salam telah menjalani keislamannya hanya berdua dengan istrinya, Sarah, dalam waktu yang lama. Tidak ada seorangpun yang ikut beriman bersama mereka sedangkan mereka berdua belum juga dikaruniai keturunan.

Karena kecintaan terhadap suaminya, Sarah pun menyerahkan pembantunya, Hagar, untuk menjadi isteri suaminya. Dari Hagar, Nabi Ibrahim memperanakkan Ismail, seorang anak yang penyabar. Dengan suka cita seorang ayah, dan kesedihan seorang isteri yang mandul, maka Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menempatkan isterinya yang masih menyusui bayinya ke sebuah lembah yang tandus.

Hagar membesarkan Ismail dengan penuh kesabaran, bersama koloni yang membutuhkan air dari sumur zam-zam. Nabi Ibrahim alaihi salam sesekali datang dan bercengkerama dengan keluarganya, untuk kemudian kembali kepada Sarah.

Ismail kecil menjelang dewasa, saleh dan bertakwa. Menyejukkan mata kedua orang tuanya. Ketika Nabi Ibrahim alaihi salam mulai terlihat lebih rasa cintanya kepada anaknya yang satu-satunya, Allah cemburu. Dia mewahyukan ke dalam mimpi kekasih-Nya mengenai penyembelihan anak yang dicintai itu.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (37:102)

Allah hanya ingin dicintai oleh hamba secara sepenuhnya. Tidak dengan cinta yang sama kepada sesama makhluk. Tidak pula dengan cinta yang lebih rendah daripadanya.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (2:165)

Nabi Ibrahim alaihi salam telah berserah diri kepada Allah. Dia juga telah menunjukkan kesempurnaan cintanya kepada Allah, sehingga gelar Al-Khalil disematkan kepadanya.


menjadi suami pendamping persalinan

15 Juli, 2014

Dalam tradisi Islam, perkara yang disebutkan dengan rinci di dalam Alquran biasanya merupakan perkara yang besar dan perlu mendapat perhatian serius. Di antara perkara itu adalah kisah kehamilan Maryam sampai ia melahirkan Isa alaihi salam. Alquran menceritakannya dalam serangkaian ayat yang tersusun secara kronologis dan sarat makna, yaitu di dalam surat Maryam, 19: 22-26.

Pemahaman terhadap ayat-ayat ini dapat kita pelajari dari kitab-kitab tafsir semacam Tafsir Ibnu Katsir dan semisalnya. Adapun artikel ini ditulis hanyalah dengan maksud merefleksikan beberapa faidah dan hikmah dari serangkaian ayat kisah persalinan tersebut ke dalam pengalaman sebagai suami yang mendampingi persalinan.

Kehamilan adalah kondisi yang memayahkan bagi seorang ibu. Sembilan bulan seorang ibu mengandung dan bertambah payah menjelang kelahiran bayinya. Kondisi yang juga dialami oleh Maryam ketika mengandung Isa. Oleh rasa sempit di hatinya, Maryam memencilkan diri ke suatu tempat yang jauh dari Yerusalem, yaitu Betlehem.

فَحَمَلَتْهُ فَانتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (19:22)

Seorang suami berperan mendukung suasana hati bagi istrinya yang sedang hamil. Meringankan rasa kepayahan oleh karena membawa beban kandungan yang semakin berat. Ketenangan dan kelapangan hati menjadi hal yang sangat berharga bagi ibu hamil, menjaganya untuk tetap optimis dan berprasangka baik kepada Tuhannya.

Sebagaimana Maryam telah menjauh dari keramaian manusia, menjelang kelahiran adalah saat-saat yang sangat membutuhkan privasi. Secara naluri, perempuan yang akan melahirkan akan mencari tempat dan posisi yang nyaman hingga pada titik tertentu kehilangan rasa malu. Maka sangat penting bagi suami untuk menjaga aurat istrinya dari pandangan manusia yang tidak berkepentingan.

Memilih tempat persalinan mestilah mempertimbangkan kenyamanan si ibu, menjaga privasinya, dan menjamin keamanan serta tindakan yang diperlukan apabila timbul masalah. Rumah sakit bersalin biasanya dipilih karena dianggap paling aman karena menyediakan dokter dan peralatan yang memadai ketika menghadapi masalah persalinan.

Persalinan di rumah dapat dipertimbangkan jika kondisi ibu dan janin sehat tanpa komplikasi. Lagipula sebenarnya lebih aman karena kecil kemungkinan terjadinya infeksi (umumnya kuman di rumah lebih sedikit dibandingkan di rumah sakit). Hanya saja dokter atau penolong enggan membantu karena kemungkinan timbulnya kesulitan saat persalinan.

Alih-alih memberikan ketentraman bagi seorang ibu yang akan melahirkan, membawanya ke rumah sakit umum atau rumah bersalin malah membuatnya kehilangan banyak privasi dan sulit untuk menjaga auratnya dari pandangan manusia. Oleh karenanya tidaklah salah jika Syaikh Al-Albani menasihatkan agar  perempuan yang hamil hendaknya melakukan persalinan di rumah.

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.” (19:23)

Maryam adalah perempuan pilihan Tuhan, kesalehannya pun tidak dipungkiri, sebaik-baik wanita di masanya. Bagaimanapun ia juga seorang manusia, yang mengalami rasa sakit akan melahirkan seperti perempuan lainnya. Penderitaannya itu pun ditambah pula dengan perasaan berat menanggung fitnah yang akan dihadapinya dengan kelahiran anaknya.

Seorang suami berperan mendampingi istrinya melalui rasa sakit ini. Memilih metode melahirkan juga dapat menjadi pertimbangan sendiri. Persalinan di dalam air dianggap mengurangi rasa sakit saat kontraksi, memberi rasa nyaman dan lebih tenang, serta tidak menimbulkan trauma bagi bayi. Persalinan alami yang tanpa obat penghilang rasa sakit memerlukan ketenangan dan teknik pernapasan, dan yang penting adalah kesiapan hati ibu untuk menghadapi rasa sakit melahirkan.

Pada saat persalinan, suami ibarat pangkal pohon kurma bagi istrinya. Suami berperan dengan menghibur dan memberi semangat. Tetap sabar walaupun istri menjengkelkan pada saat dia sangat menderita. Mengingatkan tentang teknik pernapasan, mengusap kening istrinya yang berkeringat, memeluk bahunya, mengurut punggungnya untuk mengurangi rasa sakit, dan memberi minum bila dia haus.

Suami sangat diharapkan memberikan dukungan agar istrinya tetap menjaga kesalehan selama proses kelahiran. Memperbanyak mengingat Allah untuk menghadirkan ketenangan dan ketentraman hati. Tak lupa memohon keampunan-Nya dan berdoa agar dimudahkan dalam melahirkan.

فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

“Maka ia diseru dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (19:24)

Suami adalah penghibur istrinya di saat kepayahan, memberi semangat dan menyediakan kebutuhan yang diperlukan. Suami harus mendukung secara fisik dan membesarkan hati istri, melalui tahap demi tahap persalinan. Menghapus kesedihan istri dengan kabar gembira akan kelahiran bayi yang dinanti-nantikan.

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,” (19:25)

Penderitaan dan perasaan frustasi yang dialami Maryam tidak boleh memupuskan harapan dan persangkaan baiknya kepada Allah. Pangkal pohon kurma adalah bagian yang sangat kokoh, sehingga sangat sulit dibayangkan bahwa seorang ibu yang kepayahan dan belum pulih akibat melahirkan dapat menggoyangnya sehingga pohon itu menggugurkan buah kurmanya. Allah mengajarkan Maryam untuk bersikap tawakal, manusia harus tetap berupaya sedangkan hasilnya adalah urusan Tuhan.

Rutab atau kurma segar adalah makanan terbaik bagi ibu melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurma mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pemulihan. Sebuah makalah ilmiah Shiraz E-Medical Journal menyimpulkan bahwa memakan buah kurma setelah melahirkan lebih cepat mengurangi pendarahan daripada penggunaan suntikan oxytocin pada persalinan normal.

Bahkan sebuah makalah ilmiah pada Journal of Obstetrics and Gynaecology menyimpulkan bahwa mengonsumsi kurma pada 4 minggu menjelang persalinan mengurangi kebutuhan akan induksi dan menjaga pembesaran janin secara signifikan, serta menghasilkan kelahiran yang menyenangkan.

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا

“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (19:26)

Suami yang suportif menyediakan buah kurma sebagai cadangan bagi istrinya yang sedang hamil tua maupun selepas melahirkan. Apabila kesulitan mendapatkan rutab atau kurma segar, maka kurma kering atau tamar pun dapat menggantikannya agar ibu melahirkan memperoleh manfaatnya.

Kemudian memberi makan dan minum kepada istrinya yang tentu saja kelaparan dan kehausan setelah berjuang menghadapi rasa sakit melahirkan. Maka apabila bayi yang dinantikan kehadirannya itu telah lahir, suami masih diharapkan perannya membantu istri mengatasi perasaan murung akibat perubahan kadar hormon dan euforia melahirkan.

Suka cita kelahiran adalah karunia dari Allah yang diharapkan keberkahannya dan didoakan kesejahteraannya. Menjadi suami pendamping persalinan adalah sebuah kesempatan dan sangat dihargai perannya.

Wallahu a’lam.


%d blogger menyukai ini: