Seperempat abad yang lalu, ibu beberapa kali mengajak saya ke pasar ini. Membelikan saya jam tangan pertamaku, mereknya Alba. Mengajak makan soto ayam, sesekali bakso.
Dan tentu saja menemani ibu berbelanja.
Ketika itu pasar inilah yang terlengkap dan terjangkau oleh kami. Baik karena jarak dari rumah maupun harga.
Dahulu di teater masih diputar film produksi nasional, seputar tema ranjang dan horor mencekam.
Hanya satu dua kendaraan pribadi yang lalu lalang. Metromini dan bajaj sebagai angkutan umum favorit.
Hari ini, tidak banyak perubahan, hanya saja kondisi makin memprihatinkan. Entah esok mau dijadikan apa. – at Pasar Blok A
View on Path