Jika Anda menunggu pasangan hidup Anda untuk membuat Anda bahagia, maka Anda akan menunggu untuk waktu yang lama. Tidak mungkin bagi seorang suami mengambil tanggung jawab untuk keamanan emosional istrinya. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin seorang istri bertanggung jawab atas kepuasan suaminya. Ringkasnya: tidak seorang pun dapat mengambil tanggung jawab atas kebahagiaan atau kepuasan orang lain. Harapan yang tidak sehat ini disebabkan oleh ego, ketidakpuasan dan permasalahan “diri” di dalam pikiran. Kadang-kadang mengarahkan seseorang untuk salah menempatkan tanggung jawab pada pasangan hidupnya.
Prinsip dari sebuah hubungan dapat melibatkan apakah mengambil tanggung jawab atau mengelaknya, tergantung kepada mana yang adil. Satu alasan yang didambakan oleh ego dalam membina hubungan adalah karena di dalam hubungan berpeluang besar untuk menghindari tanggung jawab. Ego menginginkan orang lain mengambil tanggung jawab atas rasa bahagia, dihargai, aman, diurus, dll. Ego tidak mau bertanggung jawab atas hal-hal ini jika ada orang lain yang mau melakukannya.
“Mengapa saya harus berupaya mencari kebahagiaan, apabila saya dapat melimpahkan tanggung jawab itu kepada pasangan saya?”
“Banyak laki-laki yang antri untuk menerima saya apa adanya, mengapa saya harus belajar menerima diri sendiri?”
“Itu tanggung jawab istri untuk memuaskan suaminya, mengapa saya harus belajar pengendalian diri?”
Ego barangkali akan bertanya hal-hal seperti ini untuk merasionalisasi kecanduannya, egois, dan kelakuan tidak mau bertanggung jawab, yang dapat merusak hubungan romatis. Ketika seseorang menyadari bahwa ekspresi cintanya yang tanpa pamrih mulai membuat pasangannya tidak bertanggung jawab, maka ia harus melepas tanggung jawab darinya.
Seorang istri dapat mengatakan kepada suaminya bahwa ia dapat mencoba menyenangkan suaminya tetapi ia tidak dapat bertanggung jawab apabila suami tidak puas, tidak dapat dipersalahkan atau dituntut apabila tidak memuaskan. Seorang suami dapat mengatakan kepada istrinya bahwa ia dapat menghabiskan waktu lebih banyak untuk istrinya dan berkomunikasi dengan lebih baik kepadanya tetapi ia tidak dapat bertanggung jawab atas rasa tidak aman atau emosi yang tidak stabil pada istrinya.
Memang, cinta tanpa pamrih itu sehat, tetapi cinta tanpa pamrih hanya dapat terlindungi dengan penerapan yang benar pada tanggung jawab atas hubungan. Ketika seseorang bertanggung jawab atas apa yang ia dambakan, maka cinta tanpa pamrih bebas diekspresikan tanpa berisiko untuk memungkinkan pasangannya tidak bertanggung jawab atau memiliki rasa berhak yang tidak tepat. Secara bersama-sama, cinta tanpa pamrih dan tanggung jawab atas hubungan akan mempertahankan hubungan yang bahagia dan langgeng.
—
sumber: http://familyshare.com/marriage/ladies-its-not-your-husbands-fault-youre-crying