Pernah, seorang aktivis dakwah berkata kepada saya, “Kalau ngaji itu harus progresif. Jangan hanya membahas fikih ibadah melulu, setiap kali memulai taharah lagi.”
Bertahun-tahun kemudian, saya pun memahami, apa yang dikatakan itu perlu dikoreksi. Bukanlah tanpa alasan apabila pembahasan taharah selalu ditempatkan di permulaan kitab-kitab fikih yang ditulis para ulama.
Taharah adalah bersuci. Membersihkan diri dari hadas dan najis. Menjadi syarat sahnya salat. Orang yang salat tanpa taharah, salatnya tidak sah. Karena salat adalah kewajiban, maka taharah pun menjadi wajib dipelajari.
Penempatan taharah di permulaan kitab pun menyiratkan pentingnya bersuci dalam menuntut ilmu. Pentingnya bersuci sebelum mengaji. Tidak hanya suci badan, pakaian dan tempat. Tetapi juga suci dalam niat dan pikiran.
Sekarang, tidak perlu risau ketika belajar fikih taharah. Justru dengan mempelajarinya, kita dapat membenahi amal ibadah kita dengan baik dan benar.
#umdatulahkam
View on Path