salat jumat

“Kami mau ke olympic park, kamu mau ikut?” Teman-teman mengajak saya. “Tidak, siang ini saya mau ke masjid, mau jumatan,” jawab saya. Walaupun saya sedang safar dan tidak berkewajiban untuk jumatan, tapi saya hendak merasakan jumatan di negeri tirai bambu. “Kalau begitu saya ikut kamu,” kata seorang kawan beragama protestan. “Yakin, kamu mau ikut? Saya ga tahu khutbahnya di sini berapa lama, dan selama itu kamu akan menunggu. Lagipula saya juga tidak tahu persis lokasi masjidnya di mana, hanya berbekal peta ini,” kata saya menunjuk ke buku saku Lonely Planet. “Gapapa, daripada kamu pergi sendirian, lebih baik kita nyasar berdua, hahaha,” jawabnya. “Oh, kalau begitu nanti kabari saja jumatannya di mana. Kami jemput kalian untuk makan siang bersama,” ujar teman-teman yang lain.

Maka pergilah kami berdua mencari masjid Dongsi dengan berbekal peta. Menjelang jam 12, kami tiba di sebuah tempat seperti kuil. Sepi. Papan nama di tembok kuil mengonfirmasi bahwa properti tersebut memang sebuah masjid. Kami memasuki halaman kuil, bertemu dengan seseorang yang berpakaian jubah dan bersurban, sepertinya pengurus masjid. Orang itu mengatakan bahwa salat jumat baru akan dimulai jam 13 kemudian menunjukkan balai salat serta tempat wudu. Maka kami menikmati suasana kuil sambil menunggu waktu salat jumat dimulai. Ketika ibadah dimulai kawan nasrani saya menunggu di luar balai salat.

#toleransi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: