Tadarusan

Salah satu kegiatan rutin di malam-malam bulan Ramadan selain salat tarawih adalah tadarusan, mendaras kitab suci. Dilakukan dalam rangka mengagungkan bulan Ramadan, bulan diturunkannya Alquran.

Bentuk tadarusan ada yang berjamaah dan ada yang bersendirian. Yang berjamaah pun ada yang bersama-sama membaca, ada yang bergantian sambil menyimak, ada yang membagi halaman untuk dibaca masing-masing.

Cetakan mushaf yang dibaca pun beraneka ragam. Ada yang membawa cetakan timur tengah, ada pula yang cetakan Indonesia. Ada yang Quran pojok, ada pula yang sambung. Ada yang full Alquran, ada pula yang dengan terjemahan bahkan tafsir. Semuanya sudah ditashih oleh lembaga yang berwenang. 

Untuk Quran pojok dengan rasm standar Utsmani, pun berbeda-beda. Ada yang monochrom ada yang berwarna sebagai penanda tajwid. Untuk yang monochrom,  tajwid dibedakan oleh bentuk tanda baca. Namun ada pula yang tidak dibedakan sehingga perlu menguasai ilmu tajwid terlebih dahulu. 

Qiraat yang diwariskan kepada jamaah kebanyakannya sama, mengambil riwayat mutawatir Imam Hafsh dari Imam Ashim menurut jalur Imam Syathibi. Barangkali di level tadarusan yang lebih tinggi, bisa saja dari bermacam jalur hingga sepuluh qiraat. 

Dari tadarusan saja kita belajar pluralitas, keanekaragaman bentuk mushaf dan bacaan. Sehingga tidak bisa mengklaim kebenaran secara sepihak. Juga belajar toleransi terhadap yang masih belajar membacanya terbata-bata, dan sabar bagi yang sudah mahir untuk mengajarkan.

Benarlah sabda Nabi _shallallahu alaihi wasallam_ bahwa orang yang terbaik adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya. 

@ndi, 10091438
View on Path

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: