Di masa kini, jadi orang baik belum tentu dianggap baik. Apalagi jika berbuat sedikit kesalahan, bisa-bisa malah dipandang tidak ada kebaikannya sama sekali.
View on Path
Di masa kini, jadi orang baik belum tentu dianggap baik. Apalagi jika berbuat sedikit kesalahan, bisa-bisa malah dipandang tidak ada kebaikannya sama sekali.
View on Path
Bapak saya mengajarkan 3 hal: agar dalam hidup selalu berbuat baik, tidak menunjukkan kedengkian, dan pagar rumah yg terbaik adalah pagar hidup: yaitu para tetangga.
Karena masalah hidup akan selalu sama, di manapun kita tinggal, maka ketiga hal tersebut akan sangat bermanfaat.
Perbuatan baik akan selalu berbalas kebaikan. Menyembunyikan kedengkian akan menyelamatkan kita dari kedengkian orang lain. Bertetangga dengan baik akan membuahkan kerukunan bermasyarakat.
View on Path
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga keselamatan atas Anda sekalian, beserta rahmat Allah dan keberkatan dari-Nya.
View on Path
Cuma orang beriman yang bisa menahan kata-katanya dari komentar buruk, caci maki, gosip, dan dusta.
Cuma orang beriman yang sanggup menahan lisannya dari bicara yang tidak perlu dan tidak bermanfaat.
Cuma orang beriman yang sanggup menghiasi dunia dengan keindahan akhlak dan kedamaian.
View on Path
Perbuatan baik kita sebaiknya bukan sekadar membangun kredibilitas dan demi harga diri, melainkan ikhlas karena Allah.
View on Path
Kalau kita terus menerus melihat keburukan orang lain, maka tidak ada yg tersisa kecuali melihat diri kita berada pada tempat yg paling baik.
Kalau kita terus menerus mempersalahkan orang lain, maka tidak akan tersisa kecuali kita berada pada kondisi yg paling benar.
Kalau kita terus menerus memandang dosa orang lain, maka tidak akan tersisa kecuali kita memandang diri sendiri paling suci.
View on Path
Bagi saya, agama itu menjadikan orang lebih baik. Jika ada orang yg mengaku beragama tetapi tidak lebih baik, barangkali karena ia tidak mempelajari dan mengamalkan agamanya dengan baik.
Akan tetapi tidak semua orang mampu menempuh agamanya dengan baik. Karena kemudahan berbuat baik tidak cukup dengan menjadi baik saja. Hal itu memerlukan campur tangan Tuhan.
Sebagaimana sabda junjungan -semoga Allah melimpahkan salawat dan selamat kepadanya- :
“Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, Dia akan memudahkan jalan bagi si hamba untuk memahami agama.”
Tentu saja dengan belajar dan beramal, yang dengan itu agama pasti menjadikan dirinya menjadi lebih baik.
View on Path
Kesal, marah, bahkan sumpah serapah barangkali sempat mewarnai hubungan antara kita sebagai orang tua dengan anak-anak kita, terutama ketika mereka tidak memenuhi harapan ataupun keinginan kita. Barangkali juga kekesalan dan kemarahan itu dilandasi dalih kebaikan untuk mereka. Namun sebaiknya kita berhati-hati dengan ucapan kita, karena ucapan buruk orang tua kepada anak adalah doa yang pengabulannya tidak mengenal tempat dan waktu.
Di dalam kitab Al-Adabul Mufrod, Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam dari sahabat Abu Hurairah radiyallahu anhu, “Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.” (dikatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Di masa kecil kita pernah didongengkan tentang Si Malin Kundang, anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu, tetapi dongeng itu hanyalah kabar tutur yang tidak berasas kokoh. Sedangkan di dalam tradisi Islam didapati hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang seorang dari bani Israil yang bernama Juraij, kisah yang lebih baik dan lebih pantas untuk diambil pelajaran daripadanya. Juraij bukanlah anak durhaka, bahkan ia adalah ahli ibadah. Namun ia ketiban fitnah akibat doa jelek ibunya yang pernah kesal ketika Juraij tidak memenuhi panggilannya sedangkan Juraij lebih mengutamakan salatnya.
Nabi Ibrahim alaihissalam adalah teladan bagi orang tua beriman yang doa-doa beliau diabadikan di dalam Alquran. Doa-doa yang penuh kebaikan dipanjatkan kepada Allah untuk anak keturunan beliau. Khalifah Umar bin al-Khattab radiyallahu anhu pernah memberikan nasehat untuk para orang tua agar bersikap baik kepada anak-anak: “Bermainlah dengan anak-anakmu hingga mereka mencapai usia tujuh tahun, didiklah mereka dengan pengajaran dan pengetahuan untuk tujuh tahun berikutnya, dan bersahabatlah dengan mereka untuk tujuh tahun berikutnya.”
Semoga Allah memudahkan kita sebagai orang tua untuk menahan amarah dari berkata buruk kepada anak kita, memudahkan kita untuk senantiasa bersikap baik dan mendoakan kebaikan kepada anak keturunan kita.
Seorang nenek tua renta tertatih menyusuri jalan. Sesaat berhenti untuk menghela nafas, sesaat melangkah penuh payah. Saya duduk di belakang kemudi memerhatikan tingkah laku orang-orang dari jendela mobil yang tersendat merayapi kemacetan. Sosok sang nenek sedari tadi mencuri perhatian di sudut penglihatanku, namun jarak antara mobilku dengannya menyulitkan saya menawarkan bantuan kepadanya. Saat mobilku bersisian dengannya tiba, kucoba membuka jendela dan hendak menanyakan keperluannya. Tetapi seorang perempuan telah lebih dahulu menghampiri sang nenek, meraih tangannya dan mengajaknya pergi. Tinggallah saya memaku diri di belakang kemudi, memandang kaca spion mengikuti kedua sosok tadi pergi. Perempuan muda itu mendahuluiku berbuat baik kepada si nenek tua renta yang kepayahan meniti jalan.
Dalam kemacetan yang berbeda, seorang pengendara motor yang terjatuh dari sepeda motornya, kemudian duduk dan melakukan sendiri pemampatan laju darah di kakinya tanpa seorangpun yang menolongnya. Mata saya menangkapnya sebelum saya menyadari harus ada sesuatu yang saya perbuat untuknya. Ketika saya hendak meminggirkan mobil yang saya kendarai untuk kemudian keluar dan membantunya, beberapa orang mendatangi si pengendara motor dan mengantarkannya ke klinik terdekat. Saya kembali memaku diri, ketika saya tidak berbuat baik kepada yang membutuhkan, Tuhan mengirimkan orang lain untuk berbuat baik kepadanya, dan menyisakan penyesalan pada diri saya.