Air yang menggenang akan mudah menjadi keruh dan kotor. Untuk menjernihkannya hingga laik untuk dipergunakan memerlukan upaya yang tidak mudah. Beberapa di antaranya dengan solusi teknologi penyaringan dan pemurnian yang tidak murah biayanya. Sedangkan air yang mengalir akan selalu bersih. Walaupun ia keruh dan kotor, akan terganti oleh air yang baru, maka kadar keruh atau kotornya akan bergantung kepada sumber aliran airnya. Segelas air yang keruh dan kotor, jika dituangi dengan air kotor maka air yang berada di dalam gelas akan tetap keruh dan kotor. Tetapi jika dituangi air yang bersih dan jernih maka sedikit demi sedikit kekeruhan dan kekotoran yang ada di dalam gelas keluar dan tergantikan sehingga gelas terisi dengan air yang jernih.
Hati (qalbu) manusia adalah raja yang memimpin perilaku seluruh anggota badan sebagai tentaranya. Hati yang keruh dan kotor, membuat amalan anggota tubuh buruk dan tidak pantas. Kebalikannya hati yang bersih dan jernih, membuat amalan anggota tubuh baik dan menyenangkan. Keruh jernihnya hati dan kotor bersihnya, berasal dari sifat asupannya. Ibarat gelas yang bersih, jika diisi dengan materi-materi yang keruh dan kotor maka hati pun akan menjadi keruh dan kotor. Untuk membersihkannya perlu upaya yang susah payah. Apalagi kalau pemiliknya (manusia) masih senang berada dalam lingkungan yang keruh dan kotor, akan makin susah payah lagi. Namun perilaku hati tak ubahnya seperti gelas tadi, jika ia disirami dan dituangi materi-materi yang jernih dan bersih, lama kelamaan kotoran yang menempel padanya terkikis habis dan hati pun menjadi bersih lagi jernih.
Tanpa perlu berpayah-payah memilah dan memilih asupan hati. Membiasakan hati dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat dan berada di lingkungan yang positif dan bersemangat, secara alamiah mengalir terus menerus. Pada suatu saat nanti, jika sedikit kotoran saja mampir di hati maka akan terasa sakitnya. Dengan kembali kepada kebaikan, hati akan pulih dan dengan sendirinya kotoran itu terempas keluar.