that’s good

13 April, 2014

image

Ketika GA426 terlambat takeoff dari Cengkareng, saya hanya dapat pasrah jika setibanya di Denpasar tidak mengejar penerbangan berikutnya ke Perth jam 20.45. Untunglah pesawat mendarat tepat jam delapan malam, masih ada waktu setengah jam.

Mobil boogie yang disediakan oleh Garuda memfasilitasi transfer dari terminal domestik ke terminal internasional. Berbekal boarding pass yg dicetak di Cengkareng, saya bersegera menuju loket pajak bandara kemudian ke imigrasi. Mesin autogate tidak berhasil mengenali paspor saya sehingga harus mengantri di depan petugas imigrasi.

Begitu Indonesia (Truly Indonesia), kesan saya terhadap tata letak vendor dan duty free di dalam terminal internasional. Penumpang harus melalui toko-toko dan restoran di kanan-kiri sepanjang lorong sempit yang dibuat memutar sebelum mencapai ruang tunggu.

Sampai di ruang tunggu, penumpang GA728 belum dipanggil untuk naik pesawat. Menunggu setengah jam terdengar pengumuman pesawat yang akan kami tumpangi baru saja mendarat. Seorang perempuan bule bertanya ke petugas apakah pesawatnya baik-baik saja. Puas dengan jawaban petugas perempuan bule itu berkata, “that is good.”

Saya belajar lagi bagaimana melihat kebaikan dalam segala hal. Keterlambatan penerbangan selama itu baik-baik saja, mestinya tidak jadi masalah. Seringkali masalah malah muncul ketika kita mengambil sikap yang menghadirkannya.


mampir di Holland

9 September, 2012

Luchthaven Amsterdam Schiphol alias Amsterdam Airport Schiphol adalah bandara dengan kualitas nomor 1 di Eropa, seperti sebuah kota kecil yang berada pada jarak 10 km di baratdaya kota Amsterdam, Netherlands. Pada kesempatan perjalanan ke USA kali ini, saya sengaja menggunakan maskapai Garuda Indonesia untuk mampir di Holland. Dari pencarian di internet, jika memiliki waktu transit yang cukup kita bisa melakukan tour ke kanal-kanal kota Amsterdam dalam waktu singkat. Hal tersebut dimungkinkan apabila pelayanan kereta api dari bandara Schiphol ke kota Amsterdam aktif. Sayangnya pada hari sabtu itu, menurut petugas informasi airport, pelayanankereta api sedang berhenti karena sedang dalam perbaikan. Sehingga untuk mencapai Amsterdam dengan bus atau taxi memakan waktu 2 jam pp, maka 4 jam transit tidak akan memuaskan.

Karena waktu masih menunjukkan jam 9 pagi sedangkan jadwal boarding pesawat jam 14,  menikmati fasilitas bandara pun sudah cukup melelahkan. Hal pertama yang saya lakukan adalah konektivitas. Fasilitas wi-fi diberikan secara gratis untuk 2×30 menit di ruang tunggu KPN di lantai 2, setelah itu akan muncul pesan:

Foutcode 62: het aantal gratis sessies is verbruikt. Ga verder online met Premium WiFi. artinya kalau mau lanjut online harus bayar.

Stop kontak yang tersedia sama dengan di Indonesia, walaupun airport menyediakan berbagai macam ukuran lubang, kita dibuat nyaman karena tidak memerlukan adaptor untuk mengisi baterai handphone atau laptop. Theater XD yang terletak pojokan sepi pengunjung. Harga tiketnya EUR7 atau USD10 untuk menikmati pengalaman menonton salah satu dari 3 pilihan film petualangan menegangkan 6 dimensi berdurasi 5 menit.  Lantai 2 diperuntukkan sebagai ruang tunggu yang nyaman karena relatif lebih tenang daripada lantai 1. Di lantai ini terletak ruang meditasi, hotel transit dan ruang tunggu eksekutif dari berbagai maskapai, selain itu juga disediakan ruang tunggu dengan kursi nyaman bagi siapa saja yang hendak beristirahat.

Menikmati beberapa gambar yang dipajang di lorong sejarah Schiphol, saya turun ke lantai 1 menuju ke Holland Boulevard, yaitu sebuah tempat di dalam bandara yang diset seperti jalan utama tempat berlalu lalang para musafir dimana kanan dan kiri dipenuhi pertokoan duty free dan tempat makan dengan sentuhan sangat Belanda: bunga Tulip! Di bulevar itu juga terdapat minisitus Rijksmuseum yang memamerkan beberapa lukisan dari koleksi museum Rijks sebenarnya.

Setelah puas cuci mata, saya menuju KLM Lounge yang disediakan untuk para musafir yang menaiki penerbangan kelas bisnis dan eksekutif dari maskapai manapun yang bekerja sama dengan KLM dalam satu jaringan. Setelah register kita dapat duduk menikmati hidangan yang tersedia dan menikmati free wi-fi dengan kode akses: KLMddmmyy dengan dd untuk 2 digit tanggal, mm untuk dua digit bulan dan yy untuk 2 digit tahun pada saat kedatangan. Atau meminta kunci shower untuk mandi dan menyegarkan badan.

Sebagaimana bandara internasional lainnya, Schiphol juga menyediakan ruangan khusus bagi berbagai penganut kepercayaan yang berbeda-beda yang hendak melakukan doa, meditasi, maupun salat. Ruang Meditation Centre yang terletak di lantai 2 hanya berjarak 20 meter dari toilet sehingga memudahkan muslim untuk berwudu. Setelah menunaikan salat berjamaah dengan para musafir lainnya, saya segera menuju gerbang E3 agar tidak terlambat naik pesawat.

G4S alias Group 4 and Securicor yang biasa saya temui di Indonesia sebagai penyedia jasa sekuriti profesional, di Schiphol dipekerjakan untuk memandu para musafir melalui gerbang pemeriksaan keamanan untuk pesawat yang diterbangkan menuju Amerika Serikat. Setiap orang dilayani secara personal untuk memastikan bahwa Schiphol tidak memberangkatkan orang yang bermasalah ke negeri paman Sam. Tidak mengherankan melihat fasilitas yang disediakan oleh Schiphol menjadikannya bandara internasional nomor 1 di Eropa.


antara petruk dan pinocchio

25 Agustus, 2012

Kisah Petruk dan Pinocchio (Pinokio) barangkali sama-sama lawasnya walaupun berasal dari negara yang berbeda. Petruk dilahirkan di lingkungan Jawa oleh penggubah kisah-kisah pewayangan sebagai salah satu dari empat punakawan, sedangkan Pinocchio dilahirkan di Italia oleh penulis cerita anak-anak Carlo Collodi sebagai anak-anakan kayu buatan Geppetto. Kisah mereka satu sama lain jelas jauh berbeda, kesamaan di antara keduanya barangkali adalah karakter hidung yang panjang.

Namun perjalanan kisah Petruk tidak seberuntung kisah Pinocchio yang mendunia lewat propaganda Disney, kisah-kisah Petruk terbatas berputar di tanah Jawa saja, itupun disajikan dalam bentuk lakon pewayangan yang sangat tidak akrab bagi dunia anak-anak zaman sekarang. Barangkali komik karya Tatang S adalah media yang bertahan memopulerkan Petruk dan Gareng sebagai dua sejoli dari Kampung Tumaritis hanya pada generasi 1980-an saja.

Ketika sedang mewarnai layang-layang yang kami buat di Museum Layang-Layang Indonesia, berkunjunglah sebuah keluarga dengan lima orang anak berusia SD dan TK. Pemandu museum mengajukan pertanyaan kepada anak-anak itu mengenai karakter Petruk dan Gareng yang ditampilkan dalam bentuk layang-layang, “Siapakah tokoh berhidung panjang itu?”, dijawablah oleh salah seorang anak, “Pinokio!”


pesan di balik layang-layang

25 Agustus, 2012

Tidak jauh dari rumah, situs menarik yang bisa menjadi pilihan liburan keluarga adalah Museum Layang-Layang Indonesia, hanya dengan tiket Rp10 ribu untuk ATM (Audiovisual, Tour dan Membuat) Layang-layang. Museum milik pribadi ibu Endang Ernawati (istri mantan Ka Bulog Widjanarko Puspoyo) yang terletak di Jl. Haji Kamang No. 38 Pondok Labu, Jakarta Selatan, selain memamerkan layang-layang berbagai bentuk dan jenis juga menawarkan berbagai kegiatan budaya seperti membuat keramik dan membatik. Di kala sepi pengunjung seperti saat liburan lebaran kemarin, kita dapat menikmati waktu kunjungan dengan lebih intensif.

Sebagai warisan budaya, layang-layang memiliki peran sebagai media komunikasi rakyat, dibuat dan diterbangkan dalam rangka kegiatan tertentu, misalnya untuk menandai musim panen, bahkan di adat tertentu dianggap mampu mengusir roh jahat. Dalam novel The Kite Runner karangan Khaled Hosseini disuguhkan pesan bahwa layang-layang dapat menjadi alasan pengikat persaudaraan.

Bermain layang-layang memang mengasyikkan, membuatnya pun merupakan keasyikan tersendiri. Mengunjungi museum, mengenal berbagai macam layang-layang dari seluruh nusantara dan dunia, membuat layang-layang dan menerbangkannya, serta mengobrol dengan pemandu wisata adalah keasyikan yang bisa dinikmati bersama-sama dengan keluarga. Ada pesan di balik layang-layang, mengenai kebersamaan, keceriaan, kesabaran, kepedulian, dan kekeluargaan.


Earth Hour dalam pandangan muslim

30 Maret, 2012

Sebagai salah seorang pendukung WWF Indonesia, saya mendapatkan himbauan mengenai Earth Hour yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012, untuk mematikan lampu selama 1 jam yaitu pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. Kegiatan Earth Hour ini juga dilakukan secara global di seluruh afiliasi WWF di seluruh dunia. Sebagai kegiatan rutin yang dimulai sejak tahun 2007 dan dilaksanakan setiap hari Sabtu terakhir di bulan Maret pada setiap tahunnya, menghimbau seluruh rumah tangga dan bisnis di dunia untuk mematikan lampu-lampu yang tidak diperlukan selama minimum 1 jam sebagai langkah meningkatkan kepedulian terhadap perubahan iklim.

Ketika terjadi krisis pasokan energi, PLN menghimbau masyarakat Indonesia untuk mematikan dua titik lampu pada pukul 17.00 – 22.00 setiap harinya. Himbauan ini adalah upaya untuk membudayakan perilaku hemat energi di tengah masyarakat. Saya tidak mengetahui seberapa efektif himbauan tersebut pada saat ini. Tetapi PLN menyambut baik kegiatan Earth Hour karena jika benar-benar dilakukan akan menghemat daya listrik hingga 200MW. Seruan hemat energi ini tidak terkait dengan politik kenaikan harga bensin yang rencananya dilakukan tanggal 1 April 2012. Namun saya mengira kenaikan harga bensin akan turut pula memengaruhi perilaku hemat energi pada masyarakat 🙂

Jauh sebelum PLN dan WWF mencanangkan matikan lampu untuk penghematan energi, 1400 tahun yang lalu seorang utusan Tuhan telah menyampaikan ajaran yang sangat mulia.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, semoga Allah merahmati keduanya, dari sahabat yang mulia, Jabir bin Abdullah, semoga Allah meridainya, bahwa Nabi Muhammad, semoga salawat dari Allah dan salam baginya, bersabda: “Jika malam sudah datang (atau sabda beliau, malam sudah gelap), maka tahanlah bayi-bayi kalian karena pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah berlalu beberapa waktu dari waktu Isya, bolehlah kalian biarkan mereka dan tutuplah pintu rumah dan sebutlah nama Allah, dan padamkanlah lampu-lampu kamu dan sebutlah nama Allah, dan tutuplah tempat minum dan tutup pula tempat makanan kamu walau hanya melintangkan sesuatu, dan sebutlah nama Allah.” Pada hadits yang lain, sahabat Jabir, semoga Allah meridainya, menyebutkan sabda Nabi, semoga salawat dari Allah dan salam baginya: “Padamkanlah lampu-lampu ketika kalian hendak tidur, karena binatang-binatang berbahaya bila datang dapat menarik sumbu lampu sehingga dapat berakibat kebakaran yang menyebabkan terbunuhnya penghuni rumah.”

Sebagai seorang muslim, membudayakan mematikan lampu tidak hanya cukup 1 jam sekali dalam setahun atau 2 titik lampu untuk 5 jam setiap hari, tetapi dilakukan setiap malam sebelum tidur. Bukan hanya sekadar menghemat energi atau peduli terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, tetapi mengikuti ajaran mulia utusan Tuhan sebagai bentuk rasa cinta kepada Allah dan kepada utusan-Nya. Tentu saja, telah tersedia pahala yang lebih besar dari Allah karena kecintaan kepada Nabi Muhammad dan dengan mengikutinya, semoga salawat dari Allah dan salam baginya.


it’s muslim clothing

2 Agustus, 2011

My eyes lit up, seeing some faces of Indonesian in the second row of tarawih prayers in Masjid Muhammadi. Also their eyes sparkled as are trying to communicate with me from afar. After the congregation dispersed, I approach one of them and ask if he is really Indonesian people or may be from other nation with similar races. He introduced himself and his two brothers, also his friend. He came from Bandung, the family are already lived in Houston since 9/11. He can speak Indonesia fluently to communicate with his parent while his brothers are practicing. We chat a lot as introduction. I was questioning him for he was wearing gamis, if it were occasionally or usually.

He said that he only wear gamis for Ramadan, he proud with that. While for the women, wearing hijab is identically muslimah but what about with the men. Although it is permissible to wearing jeans or western clothing, gamis could distinguish you from other, it show your identity and proudness as a muslim. It is a way to introduce to other people that you’re a muslim.

[2 Ramadan 1432, for Yunus and two brothers Iman, Ahmad, and their friend Ibrahim]


susahnya membuat janji

27 Desember, 2010

Barangkali judul ini bertentangan dengan kebiasaan manusia mengenai “susahnya memenuhi janji”, namun kenyataannya demikian. Beberapa tahun yang lalu Telkom Indonesia pernah membuat iklan layanan masyarakat dengan gambaran  kerinduan seorang kakek dengan cucunya. Si kakek datang jauh-jauh dari kampung halaman menuju ke kota tempat tinggal anak dan cucunya. Dalam guyuran hujan, ia tiba di rumah buah hatinya yang sangat dirindukan itu, tetapi sayang sekali tidak seorang pun yang menyambutnya bahkan untuk memberi kehangatan. Rumah yang ditujunya terkunci karena ditinggalkan oleh anak dan cucunya yang sedang bepergian sekeluarga. Saat itu, pentingnya penggunaan telepon untuk menyampaikan kabar dimasyarakatkan oleh perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Saat ini, dimana berbagai kemudahan ditawarkan oleh para penyedia jasa telekomunikasi, baik lewat telepon, telepon genggam, maupun internet, sewajarnya setiap orang mudah menyampaikan kabar, bahkan untuk membuat janji bertemu. Masih ada saja yang mengandalkan datang langsung, alias go show dengan alasan keseriusan. Akibatnya dia dapat saja tidak diterima dengan baik, entah karena orang yang dituju sedang ada kesibukan atau sedang memenuhi janji yang lain.


Tarakan, the Never Ending Borneo

7 Februari, 2010

It was my third coming to Tarakan, a small island at the border line between Indonesia and Malaysia. My first coming was only a transit to Bukat Block, using Beechcraft plane from Balikpapan to Tarakan and a Chopper from Tarakan to the rig. I did not feel any sense of this island, except a crumpled wreckage at the end of the runway of Juata Airport. My second coming actually visited this island, but not for a tour, but the duty to check the readiness of some rigs for drilling operation. At the time, my knowledge of the city is only the hotel, the shopping mall across the street, the boats jetty and Kentucky Fried Chicken.

I have felt lucky on my third coming, by Mandala Air, made me decide to enjoy Tarakan even more. Although my main goal is to check the completeness of drilling equipment, I use my spare time to visit some of the things that makes Tarakan is a tourist destination. I am pleased to find my colleagues to support the plan. That afternoon we went to the Mangrove Forest Tour of Tarakan, to see the original habitat of proboscis monkey. Then look for lai and durian as afternoon snacks. Force the “Indra” or “A Seng” coffee shop on the street Yos Sudarso which almost close to would have us drink a glass of tea tarik and pao.

The words “never ending borneo” in t-shirt that I bought from mangrove forest tour made me want to know more about Tarakan. Unfortunately I do not have time to dig again Tarakan attractiveness. Maybe someday I can return to do it.


the year of living dangerously

27 September, 2004

the year of living dangerously Posted by Hello

tahun penuh bahaya, begitu kira-kira judul novel yang dibuat oleh CJ Koch, novelis Australia, menggambarkan tahun 1965 di Indonesia, masa itu memang penuh revolusi.

cerita yang berlatar belakang kota Jakarta pada tahun terakhir kekuasaan presiden Soekarno, dimana saat itu terjadi krisis ekonomi yang sangat parah. Mengisahkan perjalanan beberapa orang jurnalis Australia: Guy Hamilton, Billy Kwan dan Jill Bryant. dengan fokus cerita pada Billy Kwan, seorang pria cebol yang sangat mengagumi Sukarno.

pada tahun 1982, Peter Weir, sutradara Australia, membuat film yang diangkat dari novel ini dengan judul yang sama, the year of living dangerously, yang dibintangi oleh Mel Gibson, Linda Hunt dan Sigourney Weaver.

ada beberapa kisah menarik di balik film ini:

1 film ini dilarang beredar di Indonesia oleh mantan presiden Suharto, barulah tahun 2000, film ini diselesaikan di Indonesia.

2 banyak dialog bukan dalam bahasa Inggris atau Indonesia, dan juga bukan bahasa Jawa, melainkan bahasa Tagalog. ini karena pengambilan gambar dilakukan bukan di Indonesia melainkan di Filipina.

3 banyak peran yang tidak diperankan oleh orang Indonesia, melainkan orang Filipina.

4 Billy Kwan diperankan oleh Linda Hunt

sayang sekali dalam film ini fokus cerita berpindah ke Guy Hamilton (Mel Gibson) bukan kepada Billi Kwan seperti dalam novelnya.

film ini ditayangkan oleh MetroTV dalam PanasonicCinema edisi 26 September 2004.


%d blogger menyukai ini: