ramadan is coming

9 Mei, 2016

image

Sebulan lagi Ramadan, apakah hal ini mengagetkan atau biasa-biasa saja? Di dalam kitab Lathaiful Maarif disebutkan bahwa sebagian ulama salaf berkata bahwa para sahabat sudah berdoa selama enam bulan sebelumnya agar mereka dipertemukan dengan bulan Ramadan, lalu bagaimana dengan kita?

Mungkin di antara kita sudah berpikir tentang masakan yang akan dihidangkan selama bulan Ramadan, bagaimana menjalani pekerjaan selama berpuasa, bagaimana menghadapi ujian dengan perut kosong? Persiapan yang lebih penting adalah bagaimana menjadi muslim yang lebih kuat daripada sekarang. Barangkali ada sebagian kita yang sudah berpikir untuk mengkhatamkan Quran, menghidupkan malam dengan ibadah, atau menyediakan makanan berbuka setiap hari.

Bagaimana jika kita mulai mengisi Ramadan dengan 3 ide yang sederhana:

1. Quran. Tujuannya untuk menguatkan hubungan kita dengan kalimat-kalimat Allah. Bisa jadi dengan memperbaiki bacaan, menghapalkan sebagian ayat, atau mendalami tafsir surat tertentu. Apapun itu, tetapkan target yang agak tinggi dan berdoalah untuk dimudahkan selama Ramadan.

2. Doa. Ramadan adalah bulan yang utama untuk berdoa. Ambillah waktu-waktu ijabah untuk menyampaikan doa terbaik di dalam hidup kita. Bisa jadi dengan doa yang kita panjatkan pada setiap malam, atau doa-doa yang kita panjatkan pada waktu-waktu ijabah di setiap harinya.

3. Sedekah. Setelah berbulan-bulan makan, kita berpuasa. Siapkan aksi kecil untuk memberi derma dan membagikannya sepanjang bulan Ramadan. Lebih baik konsisten dengan amalan yang ringan selama 30 hari daripada memberatkan diri dengan sedekah yang besar sekaligus.

Jika Anda punya ide kreatif lainnya, silakan berbagi.

@ndi, 01081437


puasa itu ringan, salat itu berat

17 Agustus, 2014

T: “ndi, menurut kamu puasa daud itu asyik ga?”

A: “mas, mau puasa daud?”

T: “iya nih, ndi. daripada gue ga pernah makan siang. mending diniatin sekalian aja puasa daud. bagaimana?”

A: “alhamdulillah. bener tuh mas, banyak keutamaannya tuh.”

T: “oh ya? katanya bagus buat penempaan jiwa juga ya?”

A: “bener banget, mas.”

T: “cocok, kan?”

A: “cocok dong. puasa apapun sebenarnya ringan. apalagi buat orang seperti mas yang ga pernah makan siang. justru yang berat, itu salat.”

T: “ah, lu nyindir gue, ndi?”

A: “eh, maksud saya gak begitu, mas. begini, salat itu memang berat bahkan buat yang rajin salat pun. contohnya ketika sedang kerja atau rapat kemudian waktu salat tiba. alih-alih menghentikan aktivitas untuk salat barang 5-10 menit saja, malah meneruskan pekerjaan bahkan hingga waktu salat habis.”

T: “gue akuin, ndi. gue sih, kepingin salat bukan sekadar kewajiban, tapi kebutuhan. mesti datang dari dalam hati agar salat gak asal-asalan.”

A: “iya, mas. Allah bilang bahwa salat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. yaitu mereka yang yakin akan menemui Tuhan nya dan dikembalikan kepada-Nya.”

T: “gue udah mulai mencoba salat lagi, paling tidak ketika di rumah. sebelum tidur salat isya dulu, dan sebelum berangkat kantor salat subuh dulu. tapi ya itu untuk salat yang lain belum.”

A: “bagus tuh, mas. lanjutkan dengan salat lainnya. semoga Allah memudahkan.”

T: “ajarin gue, ya, ndi.”

A: “insya Allah, mas. barakallahufikum.”


puasa dan salat

14 Juli, 2013

“baba, orang islam kan harus salat ya?” tanya radya. “kalau tidak salat bagaimana, mas?” baba balik bertanya. tanpa ragu radya menjawab, “kalau tidak salat ya kafir, bukan orang islam.”

“mas radya benar. yang membedakan antara orang islam dengan orang kafir adalah salat. barangkali non muslim punya tata cara sembahyangnya sendiri tetapi tidak seperti salatnya orang islam,” baba menjelaskan, “menunaikan salat lima waktu, selain sebagai kewajiban orang islam memenuhi salah satu rukun islam, juga sebagai tanda kesyukuran kita atas segala karunia yang Allah limpahkan. oleh karenanya tidak boleh kita tinggalkan sama sekali.”

“makanya kalau ada orang islam tidak salat, bagaimana mas?” tanya baba. “seperti non muslim dong, ba!” sahut radya.

***

“baba, puasa itu kan tidak makan tidak minum ya?” tanya radya. “berapa lama tidak makan dan tidak minumnya, mas?” baba balik bertanya. “dari subuh sampai isya,” jawab radya sekenanya. “hanya sampai magrib, sayang,” baba menjawab, “kalau sampai isya namanya menyelisihi aturan Allah.”

“orang kafir puasa gak, ba?” tanya radya. “barangkali mereka puasa, tetapi tidak seperti puasanya orang islam. walaupun orang kafir berpuasa namun sayangnya tidak diterima oleh Allah,” jawab baba. “kenapa tidak diterima, ba?” tanya radya ingin tahu. “karena syarat wajibnya puasa adalah berislam.” jawab baba ringkas.

“kalau puasanya full kan dapat pahala ya, ba?” tanya radya. “insya Allah dapat, dan ketika berpuasa kita tetap harus melakukan ketaatan kepada Allah, seperti salat lima waktu, bersedekah, membaca alquran, dan berbuat kebajikan .” jawab baba.

“bagaimana kalau orang islam berpuasa tapi tidak salat?” baba balik bertanya. radya menyahut, “tidak diterima puasanya, ba!”

“lho kok begitu, mas?” selidik baba yang heran dengan jawaban radya.

dengan gaya analitis radya menjawab, “begini ba. kan, orang islam harus salat, kalau tidak salat seperti orang kafir. orang kafir tidak diterima puasanya. jadi kalau ada orang berpuasa tapi tidak salat, maka puasanya tidak diterima.”

***


refleksi [maulid] wafat nabi

24 Januari, 2013

Betapa banyak yg berhari raya di hari kamis ini padahal Rasulullah membiasakan berpuasa di hari kamis.

Betapa banyak yg membaca yasin di malam jumat padahal Rasulullah menganjurkan membaca alkahfi.

Betapa banyak yg lupa bersalawat setelah azan dan yg bersenandung di antara azan dan ikamah padahal Rasulullah memberitahu itu salah satu saat diijabahnya doa.

Betapa banyak yg meninggalkan sunnah dan menghidupkan bidah namun mengaku mencintai Rasulullah?

Shallallahu alaihi wa alaa alihi wasallam.

(refleksi [maulid] wafat nabi)
Betapa banyak yg mengenal 12 rabiul awal sbg hari lahir nabi walaupun banyak ulama sejarah tidak sepakat, namun sedikit yg mengetahui tgl tsb disepakati sbg hari wafatnya.*

*Imam Ibnu Hajar al-Asqalany di dalam kitab Al-Fath (Fathul Bari) mengatakan bahwa mayoritas ulama berpendapat bahwa Rasulullah wafat di waktu dhuha hari Senin di bulan Rabiul Awal yaitu hari kedua belas. Demikian pula Imam Ibnu Katsir menyatakannya di dalam Sirah Nabawiyah.

 

 


super bonus! pahala rabiul awal!

23 Januari, 2013

Raihlah Pahala di Hari Kamis, Jumat, Sabtu, Ahad dan Senin

_

Bismillâh.

Mulai besok, Kamis (24 Januari 2013) hingga Senin––pekan depan––(28 Januari 2013) adalah lima hari yang Allah berikan secara berturut² bagi Kaum Muslimîn untuk meraih pahala yang tiada terkira, insyâ Allâh. Bagaimana tidak? Pada lima hari tesebut, terdapat dua ‘Puasa Sunnah’ dan satu hari yang sangat agung, yakni hari Jumat.

❒ Besok, Kamis (12 Rabî’ul Awwâl 1434 H) dan Senin (16 Rabî’ul Awwâl 1434 H) adalah hari yang dinanti Kaum Muslimîn setiap pekannya untuk berpuasa, yakni ‘Puasa Sunnah Senin & Kamis'[1].

❒ Sedangkan lusa dan dua hari setelahnya, Jumat (13 Rabî’ul Awwâl), Sabtu (14 Rabî’ul Awwâl) dan Ahad (15 Rabî’ul Awwâl) adalah hari yang dinanti Kaum Muslimîn setiap bulan (Hijriah)-nya untuk berpuasa, yakni ‘Puasa Yaumul Bidh'[2].

_______________________

Footnote:

[1] Sunnah-nya Puasa Senin & Kamis berdasarkan hadis² berikut:

✔ Aisyah radhiyallahu’anha berkata,

إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّىَ صِيَام الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيس

“Sesungguhnya Rasulullah––shallallâhu ‘alaihi wasallam––senantiasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. an-Nasâi dan Ibnu Mâjah. Lihat: Shahih Ibni Majah, 1414]

✔ Dari, Abû Hurairah––radhiyallâhu ‘anhu, ––Rasulullah––shallallâhu ‘alaihi wasallam––bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Amalan-amalan diperhadapkan kepada Allah Ta’ala pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka ketika diperhadapkan amalanku sedang aku sedang berpuasa.” (HR. at-Tirmidzi. Lihat: Shahih at-Targhib, 1041)

_

[2] Sunnah-nya Puasa Yaumul Bidh berdasarkan hadis² berikut:

✔ Abû Hurairah––radhiyallâhu ‘anhu––berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

“Kekasihku (yakni: Nabi––shallallâhu ‘alaihi wasallam––) telah berwasiat kepadaku (untuk mengerjakan): puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat shalat di waktu duha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. al-Bukhari no.1981, dan Muslim no.721)

✔ Dari Abdullâh bin Amr––radhiyallâhu ‘anhu––, Nabi––shallallâhu ‘alaihi wasallam––bersabda,

….وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ، فَإِنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ

“..Dan berpuasalah tiga hari pada setiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan itu akan (dilipat gandakan) dengan sepuluh (kali) yang semisalnya. Oleh karenanya, seolah-olah engkau berpuasa selama sebulan penuh. (HR. al-Bukhari no.1976 dan Muslim no.1159)

✔ Abû Dzar ––radhiyallâhu ‘anhu––, Nabi––shallallâhu ‘alaihi wasallam––bersabda,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Wahai Abû Dzar, jika engkau berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya, maka berpuasalah pada (tanggal) 13, 14 dan 15.” (HR. at-Tirmidzi no.761. Hadits ini dinilai ‘hasan’ oleh Imâm at-Tirmidzi, dan dinilai ‘hasan shahîh’ oleh Muhaddits al-Ashr)

https://www.facebook.com/naufan.surya


amalan sunnah penyempurna amalan wajib

22 Agustus, 2012

Beberapa keutamaan penting dari puasa enam hari di bulan Syawal adalah untuk memperbaiki setiap kesalahan dari puasa wajib di bulan Ramadan, karena tidak satupun orang yang bebas dari dosa dan kesalahan yang membuat nilai puasanya berkurang. Pada hari kiamat, beberapa amalan nafilnya digunakan untuk menambal kekurangan pada amalan wajib, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Hal yang pertama dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah salat, Tuhan kita subhanahu wata’ala akan berkata kepada malaikat-Nya – walaupun Dia Maha mengetahui – ‘Lihat amalan salat hamba-Ku, apakah sempurna atau tidak.’ jika sempurna maka akan dicatat sempurna, jika didapatkan ada kekurangan maka Dia berkata, ‘Lihat dan carilah apakah hamba-Ku mengerjakan salat sunah?’ jika ia mengerjakan salat sunah maka dikatakan, ‘Sempurnakan salat wajib hamba-Ku dengan salat sunah yang ia kerjakan.’ Maka semua amal ibadahnya akan dipertimbangkan dengan cara yang serupa.” (H.R. Abu Dawud).


mari kita berdoa

10 Agustus, 2012

2:186

Pada senarai ayat-ayat-Nya tentang puasa, tentulah bukan tanpa maksud Allah menyelipkan ayat tentang doa. Firman-Nya: “Dan apabila bertanya kepadamu, hamba-hambaku, mengenai Aku, maka ketahuilah bahwa Aku dekat. Aku menjawab doa para pendoa apabila mereka berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menjawab seruan-Ku dan beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.” (QS Albaqarah, 2: 186).

Berdoa adalah perbuatan hamba yang sangat disenangi oleh Allah, bahkan Allah marah kepada hamba-Nya yang tidak berdoa kepada-Nya. Mengabulkan doa para hamba-Nya tidak akan membuat Allah kekurangan sedikitpun, karena Allah Mahakaya dan di sisi-Nya lah segala sesuatu.

Puasa merupakan salah satu kondisi dikabulkannya doa seorang hamba, sedangkan waktu berbuka puasa adalah waktu yang paling utama untuk berdoa. Sebagaimana di hari-hari lain Allah telah menyediakan waktu-waktu terkabulnya doa yang sangat sayang untuk dilewatkan. Selain itu terdapat waktu khusus yang hanya dapat ditemui di bulan Ramadan, yaitu pada malam Lailatul Qadar.

Setiap hamba tentu memiliki hajat masing-masing, namun hendaklah kita mengutamakan untuk meminta kepada Allah apa-apa yang sangat diperlukan oleh seorang hamba. Di antara doa-doa tersebut adalah memohon hidayah, memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan, memohon diterimanya amal ibadah, memohon surga dan dijauhkan dari neraka, dan memohon keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Marilah kita berdoa dengan menjaga adab-adab berdoa, serta secara cerdas memanfaatkan waktu dan kondisi dikabulkannya doa, mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk-Nya kepada kita.


13-09-1433H

2 Agustus, 2012

gambar diambil di Depok, tanggal 1 Agu 2012 jam 18.40 (13 Rmd 1433) dengan kamera Panasonic Lumix DMC-FZ8, 18x zoom

12 hari sudah Ramadan tahun ini dilalui, insya Allah masih ada 17 hari lagi sebelum merayakan hari berbuka. Mari koreksi kembali amalan puasa kita. Menahan lapar dan haus sudahlah tentu, apakah mata, lisan, dan hati juga berpuasa? Bahkan orang tidak beriman pun kuat berpuasa, apakah kita berpuasa dengan penuh keimanan dan berharap balasan dari Allah semata [1]? Apakah kita tetap menjaga salat-salat fardu? Bagaimana dengan salat-salat sunah? Sudahkah kita lebih dekat dengan Alquran? Apakah kita memperbanyak sedekah?

Banyak yang bilang bahwa Ramadan terbagi tiga fasa: rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengindikasikan bahwa setiap hari di bulan Ramadan adalah rahmat, ampunan [2], dan pembebasan dari api neraka [3]. Maka hendaklah kita tidak berputus asa dari rahmat Allah [4], tetap meminta ampunan dari-Nya atas dosa-dosa kita [5], memohon terbebas dari api neraka yang 70 kali lebih panas dari api dunia, serta mengharap surga sebagai balasan dari Allah karena keikhlasan kita dalam beribadah.

[1],[2] “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Albukhari dan Muslim]

[3] “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam di bulan Ramadan, dan semua orang muslim yang berdoa akan dikabulkan doanya.” [HR Bazzar, Ahmad, Ibnu Majah]

[4] “Sesungguhnya Allah menjadikan rahmat seratus bagian, dipeganglah di sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan satu bagian untuk seluruh makhluk-Nya. Sekiranya orang-orang kafir mengetahui setiap rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya mereka tidak akan berputus asa untuk memperoleh surga. Dan sekiranya orang-orang beriman mengetahui setiap siksa yang ada di sisi Allah, maka ia tidak akan merasa aman dari neraka.” [HR Albukhari]

[5] “Sesungguhnya Jibril alaihissalam datang kepadaku, dia berkata: Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan ‘Amin’, maka akupun mengucapkan Amin…” [HR Ibnu Khuzaimah, Ahmad, Albaihaqi, Muslim]


jangan sia-siakan ramadan

28 Juli, 2012

Waktu adalah sesuatu yang amat berharga, ia datang dan berlalu tanpa pernah kembali. Hanyalah yang pandai memanfaatkannya yang tidak akan merugi, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal salih, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ramadan adalah waktu yang terkumpul di dalamnya berbagai keutamaan. Lalu akankah kita sia-siakan kesempatan ini?

Ramadan adalah bulan puasa. Orang yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap balasan dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman bahwa puasa seorang hamba adalah untuk Allah dan Allah sendiri yang menentukan balasannya. Penyandaran ibadah kepada diri Allah menunjukkan betapa agung ibadah tersebut. Balasan dari Allah terhadap puasanya seorang hamba tentu tidak ternilai betapa tingginya.

Dalam Ramadan terkumpul dua jihad. Jihad di siang hari dengan menahan lapar dan dahaga. Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam mengatakan bahwa betapa banyak orang yang puasa kecuali hanya memetik lapar dan dahaga. Padahal puasa bukanlah sekadar meninggalkan makan, minum dan syahwatnya melainkan meninggalkan perkara yang sia-sia dan keji. Sebab setan-setan dari kalangan jin dibelenggu sehingga tidak dapat membisikkan was-was dan pintu neraka ditutup sehingga membuka kesempatan yang luas untuk meraih pintu surga. Maka kesia-siaan dan kejahatan yang hadir di bulan Ramadan adalah murni datangnya dari hawa nafsu manusia.

Jihad di malam hari adalah menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah salat tarawih. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bahwa siapa yang menegakkan salat tarawih di malam Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap balasan dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang salat bersama imam hingga selesai maka akan dicatat baginya salat semalam suntuk. Tentu saja dalam melaksanakan kedua jihad itu diperlukan kesabaran.

Ramadan adalah bulan Alquran, karena diturunkan di bulan tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersama malaikat yang mulia Jibril alaihissalam mendaras Alquran setiap bulan Ramadan. Maka berlomba-lombalah manusia tadarus Alquran untuk mendapat keutamaannya. Dan di sepuluh terakhir Ramadan terdapat sebuah malam yang nilainya setara dengan seribu bulan. Para ulama ahlussunnah telah menjelaskan bahwa siapa yang beramal di malam tersebut maka amalannya bernilai seribu bulan. Siapa yang sedekah di dalamnya setara sedekah seribu bulan. Siapa salat di dalamnya setara salat seribu bulan. Siapa tilawah Alquran di dalamnya setara tilawah seribu bulan. Itulah malam yang dikenal sebagai Lailatul Qadr, malam yang penuh keutamaan.

Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam memerintahkan keluarganya untuk mengencangkan ikat pinggang dan berkonsentrasi untuk meraih malam Al-Qadr dengan memperbanyak istigfar, zikir, salat, membaca Alquran, dan sedekah. Menggalakkan itikaf di masjid jami sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan berburu malam Al-Qadr dengan khusyuk beribadah.

Ramadan adalah waktu yang terkumpul di dalamnya berbagai keutamaan. Lalu masihkah ingin kita sia-siakan kesempatan ini?

(disarikan dari tausiyah Ustadz Muhammad Yahya hafizhahullah pada kultum tarawih di Masjid Al-Urwatul Wutsqa, Komplek Taman Ventura Indah, Depok)


kanak-kanak berpuasa

26 Juli, 2012

Karena semangat orang tua untuk menularkan kebaikan seringkali tidak didukung dengan pengetahuan dan pengertian yang cukup. Sehingga mereka memaksakan kanak-kanak mereka berpuasa baik itu pada sebagian hari bahkan sepenuh hari dengan maksud melatih dan membiasakan. Orang tua itu berbangga walaupun kanak-kanak mereka kepayahan dan menderita. Padahal usianya belum lagi sampai tujuh tahun. Sedangkan untuk shalat saja baru diperintahkan pada tujuh tahun.

Shalat adalah pembeda antara muslim dengan kafir, merupakah kewajiban yang paling utama di dalam Islam sehingga tidak diperkenankan meninggalkan shalat bagaimanapun keadaannya. Sedangkan puasa adalah rukun keempat dari rukun Islam, yang wajib dikerjakan oleh orang-orang yang sehat dan tidak safar, dengan demikian, keutamaannya lebih rendah daripada shalat. Maka perintah puasa untuk kanak-kanak adalah kepada yang sudah memasuki usia tujuh tahun atau lebih, bukan kepada yang lebih muda usianya [1].

Hendaklah kanak-kanak itu dicontohkan oleh orang tuanya bagaimana menjalani puasa yang baik dan sesuai sunah. Mintakan pendapatnya tentang puasa. Apabila mereka hendak berpuasa, jangan dilarang dan beri bimbingan [2]. Sebaliknya jika mereka hendak berbuka, orang tua tidak memaksa agar anaknya tetap berpuasa [3]. Mudah-mudahan Allah mengaruniai orang tua yang demikian generasi penerus yang beribadah sesuai pengetahuan dan pemahaman yang benar.

[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak kecil untuk shalat ketika ia berumur tujuh tahun, dan jika ia berumur sepuluh tahun maka pukullah (kalau ia meninggalkan shalat).” (riwayat Abu Dawud no.494 dan At-Tirmdziy no.407 dan berkata : “ini adalah hadits yang hasan”).

Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah tatkala mengomentari hadits ini :

“para ahli fiqih mengatakan : demikian pula puasa, agar hal itu menjadi latihan baginya untuk mengerjakan ibadah, supaya nantinya ia tumbuh dewasa dalam keadaan senantiasa di atas peribadahan dan ketaatan, dan menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran, hanya Allah yang memberi  taufik” (tafsir Ibnu Katsir 8/167 tafsir surah At-Tahriim : 6).

[2] http://www.salafy.or.id/fiqih/puasa-bagi-anak-kecil-yang-belum-baligh/

[3] http://almakassari.com/artikel-islam/fiqh/hukum-memerintahkan-anak-kecil-yang-belum-mencapai-15-tahunbaligh-untuk-berpuasa.html


%d blogger menyukai ini: