22 Desember, 2016
karena, tak satupun yang rela keyakinannya diserang secara frontal, dinista secara terang-terangan, dibunuh secara sadis.
karena, tak seorangpun yang sanggup meyakini tanpa adanya bukti, sanggup menjalani tanpa tuntunan, sanggup melihat tanpa cahaya.
karena, tak sekalipun kita mampu berdiri tanpa bantuan orang lain, mampu bergerak tanpa pertolongan orang lain, mampu hidup tanpa ada orang lain.
karena, adanya orang lain maka adanya kita, adanya sesama maka adanya kenal mengenal, adanya kebutuhan maka adanya bantu membantu.
karena, soal keyakinan adalah soal penerimaan, sedangkan soal toleransi adalah soal pemberian, adapun menerima dan memberi itu tidak dapat dipaksakan.
@ndi, 22031438
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
bilik madah | Ditandai: keyakinan, memberi, menerima, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
21 Oktober, 2016
“Kamu gak minum?” Sang tuan rumah bertanya kepada saya. “Agama saya melarangnya,” saya menjawabnya. “Teman-teman kamu yang muslim itu juga minum,” tanyanya penasaran. “Barangkali mereka punya alasan tersendiri,” jawab saya. “Saya hanya menjalankan agama. Memang minum itu ada manfaatnya dan juga ada keburukannya. Tapi keburukannya lebih besar daripada manfaatnya. Maka itu saya tidak minum,” saya mencoba menjelaskan.
“Kamu juga gak makan babi?” Dia bertanya lagi. “Babi, bangkai dan darah, juga terlarang bagi kami,” jawab saya. Dia bertanya, “Mengapa?” Saya pun menerangkan, “Karena babi, bangkai, dan darah itu kotor. Semua yang kotor terlarang bagi kami dan tidak menyehatkan.” Sang tuan rumah tampak mengerti, lalu saya melanjutkan, “Bukankah masih banyak makanan lain yang bersih, bermanfaat dan menyehatkan?”
Tuan rumah berkata, “Betul juga apa yang kamu katakan.” Saya berkata, “Itulah mengapa agama kami adalah rahmat. Karena semua yang halal dan baik itu bisa dinikmati semua orang. Bermanfaat dan menyehatkan.” Kami pun saling tersenyum lalu melanjutkan menikmati hidangan masing-masing.
#toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: babi, bersih, halal, haram, kotor, makanan, minum, sehat, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
21 Oktober, 2016
“Kami mau ke olympic park, kamu mau ikut?” Teman-teman mengajak saya. “Tidak, siang ini saya mau ke masjid, mau jumatan,” jawab saya. Walaupun saya sedang safar dan tidak berkewajiban untuk jumatan, tapi saya hendak merasakan jumatan di negeri tirai bambu. “Kalau begitu saya ikut kamu,” kata seorang kawan beragama protestan. “Yakin, kamu mau ikut? Saya ga tahu khutbahnya di sini berapa lama, dan selama itu kamu akan menunggu. Lagipula saya juga tidak tahu persis lokasi masjidnya di mana, hanya berbekal peta ini,” kata saya menunjuk ke buku saku Lonely Planet. “Gapapa, daripada kamu pergi sendirian, lebih baik kita nyasar berdua, hahaha,” jawabnya. “Oh, kalau begitu nanti kabari saja jumatannya di mana. Kami jemput kalian untuk makan siang bersama,” ujar teman-teman yang lain.
Maka pergilah kami berdua mencari masjid Dongsi dengan berbekal peta. Menjelang jam 12, kami tiba di sebuah tempat seperti kuil. Sepi. Papan nama di tembok kuil mengonfirmasi bahwa properti tersebut memang sebuah masjid. Kami memasuki halaman kuil, bertemu dengan seseorang yang berpakaian jubah dan bersurban, sepertinya pengurus masjid. Orang itu mengatakan bahwa salat jumat baru akan dimulai jam 13 kemudian menunjukkan balai salat serta tempat wudu. Maka kami menikmati suasana kuil sambil menunggu waktu salat jumat dimulai. Ketika ibadah dimulai kawan nasrani saya menunggu di luar balai salat.
#toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: dongsi mosque, salat jumat, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
21 Oktober, 2016
Suatu pagi di tempat sarapan sebuah hotel, tersedia makanan dan minuman penggugah semangat untuk aktivitas hari. Saya menemukan roti cakwe, telur asin, bubur ayam, bapao, somay, dan bacang. Menariknya, ketika itu saya sedang berada di negeri tiongkok. Ah ternyata banyak jenis makanan yang sama dengan di Indonesia. Ketika saya hendak mengambil makanan, teman saya yang berdarah tionghoa berkata, “Sebaiknya, ambil yang kosongan aja, mas.” Saya mengernyit. “Ya, siapa tahu isinya daging babi, hehehe,” lanjut teman saya itu. “Benar juga ya,” kata saya. “Kalau bak kut teh ini apa?” saya bertanya kepadanya. “Apalagi itu, haram buat mas,” jawabnya sambil menuangkan sup tersebut ke dalam mangkok di tangannya. Lalu kami pun menikmati makanan masing-masing sambil membicarakan rencana kerja untuk hari itu.
#toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: bak kut teh, bapao, cakwe, sarapan, tiongkok, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
20 Oktober, 2016
dalam sebuah perjamuan dengan pejabat tiongkok beberapa tahun yg lalu, dituangkan ke dalam gelas-gelas hadirin anggur terbaik yg diproduksi di wilayah tsb. setibanya pelayan di samping meja saya, saya minta menggantinya dengan fresh juice, susu atau yoghurt. sempat beberapa mata memicing kepada saya, sehingga seorang pejabat berkata, “no matter you don’t drink, as long as our partnership lasted.” diikuti oleh tawa hadirin, percakapan dalam perjamuan itu pun mengalir cair. #toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: anggur, khamr, minum, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
20 Oktober, 2016
Masih penasaran dengan tafsir ayat QS 5:51? Silakan pasang aplikasi tafsir dari Kemenag RI dan jangan merasa malas untuk mencari tahu penjelasannya di sana. #toleransi


Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: al-maidah, kemenag, tafsir, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
20 Oktober, 2016
pada suatu kesempatan perjalanan bisnis ke negeri ginseng untuk melakukan uji tekanan hidrostatik pada bejana tekan yg difabrikasi di sana, tuan rumah kami adalah dua orang insinyur aseli korea. mengetahui bahwa kami adalah muslim, mereka menanyakan menu makanan yg boleh kami makan. menyediakan tempat untuk salat di ruang rapat yg sekaligus jadi ruang kerja kami di sana. sempat juga menanyakan beberapa hal isi alquran terjemahan bahasa inggris versi muhsin khan yg saya baca.
saat itu, perusahaan mereka sedang merayakan hari jadi dan melakukan upacara ritual di lapangan kantor sebagai rasa syukur kpd tuhan, tersedia banyak makanan dan minuman. dihidangkan pula di meja utama, kepala babi panggang. semua karyawan dan tamu diundang. dengan sopan kami menolak tawaran, “we’re apologize, we cannot join the ceremony since it is prohibited in our religion.” tuan rumah kami pun dapat memahami dan mengajak kami ke restoran seafood di luar pabrik.
#toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: babi, ritual, seafood, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
20 Oktober, 2016
biasanya untuk penerbangan luar negeri dengan maskapai asing, saya akan memesan “moslem meal” untuk hidangan makan. kebetulan saat itu saya lupa memesan, jadilah saya disuguhi bubur oleh pramugari cathay untuk sarapan saya. ketika sedang mengunyah bubur, ada dagingnya, lalu saya panggil pramugari dan bertanya, “ini daging apa ya?” pramugari itu meminta waktu untuk melihat menu dulu kemudian dia kembali dan mengonfirmasi bahwa itu daging babi.
saya katakan kepadanya bahwa saya tidak bisa makan daging babi, apakah ada menu untuk muslim. Dia minta maaf, pemesanan menu khusus sebaiknya dilakukan di darat. tetapi dia memberikan solusi untuk menu vegetarian yg stoknya ada lebih. di menu itu ada daging buatan dari tahu. jadilah selama penerbangan itu saya sebagai vegetarian.
#toleransi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
jalan setapak | Ditandai: babi, halal, haram, maskapai, pesawat, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi
19 Desember, 2014
Cukuplah dengan memahami ajaran masing2, tidak perlu ada pemaksaan.
Mengucapkan atau tidak adalah pilihan. Setiap orang punya kebebasan untuk memilih, hanya saja tidak bebas untuk menerima konsekuensi nya.
Sedangkan toleransi adalah mengerti ragam dan membiarkan berbeda.
View on Path
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
beranda | Ditandai: christmas, merry, natal, selamat, toleransi, ucapan |
Permalink
Ditulis oleh andi
14 Mei, 2014
Baba dapat telpon dari rumah, suara Bubu di seberang sana bertanya, “Ba, ini dapat kiriman makanan dari tetangga kita, katanya syukuran kelahiran anaknya. Boleh dimakan gak?”
Baba menjawab, “Boleh, insya Allah.” Tiba-tiba terdengar sahutan di latar, “Boleh katanya tuh!”
“Eh, siapa itu?” tanya Baba. “Si kecil ngocol tuh, Ba, hehehe” jawab Bubu sambil terkekeh, “dari tadi merengek: ‘Bubu, mau makan ayamnya’. Bubu bilang tanya Baba dulu.” Baba pun turut tertawa mendengar kelakuan Athiya.
Bertetangga dengan non muslim memang perlu adab dan toleransi. Memberi atau menerima hadiah dan tolong menolong dalam urusan duniawi adalah hal yang dibolehkan. Adapun urusan akidah dan ibadah merupakan hal yang sudah jelas batasannya.
Maka itu, menerima atau mengirim makanan, jika bukan untuk sesaji atau dalam rangka hari raya non muslim, bukan termasuk hal yang dilarang oleh ajaran Islam. Wallahu a’lam.
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Leave a Comment » |
bilik keluarga | Ditandai: adab, athiya, Baba, boleh, Bubu, hadiah, hari raya, makanan, non muslim, sesaji, syukuran, tasamuh, tetangga, toleransi |
Permalink
Ditulis oleh andi