Rekonstruksi visi

11 Januari, 2013

Pernah dengar cerita tentang 3 orang tukang batu? Ketika mereka sedang menyusun batu dan ditanyakan kepada mereka apa yang sedang mereka perbuat? Tukang pertama menjawab sedang menyusun batu, tukang kedua menjawab sedang membangun rumah, tukang ketiga menjawab sedang membangun istana. Dapat dikatakan bahwa visi ketiga tukang batu itu berbeda-beda. Dan perbedaan tersebut menjadikan nasib mereka pun pada akhirnya berbeda pula.

Apatisme terhadap masa depan seringkali membatasi visibilitas kita sehingga dengan terpaksa kita menerima nasib saat ini tanpa berupaya mengubah nasib kita menjadi lebih baik. Sebaliknya ada juga di antara kita yang seringkali terlalu percaya diri dengan visi dan mati-matian memperjuangkan nasib sehingga kita melupakan takdir. Dengan demikian ketika takdir menentukan kita belum saatnya mencapai visi, pada saat itu pula kita meratap dan tidak mampu percaya.

Visi adalah sesuatu yang mampu dilihat dan dicapai. Penglihatan kita tergantung pada kemampuan dan potensi yang kita miliki. Visi yang besar tidak akan sanggup diraih tanpa membesarkan potensi. Sedangkan visi yang kecil belum tentu sama dengan potensi yang kecil. Perbedaannya terletak pada kemauan.

Hidup di dunia hanyalah sarana mencapai kebahagiaan akhirat. Jangan sampai bercita-cita tinggi dan menghabiskan energi untuk meraih visi duniawi namun melupakan visi akhirat. Bahkan Tuhan telah mengarahkan kita untuk mengejar akhirat tanpa melupakan dunia. Apabila kita mengerahkan segenap daya untuk meraih visi akhirat, mudah-mudahan kecukupan duniawi adalah hadiah yang niscaya.


%d blogger menyukai ini: